Tidak cukupkah hanya ada aku, kamu dan cinta?
Dia senantiasa membayangi. Mengikatku pada sebuah pilar
ketakutan akan perasaan kehilangan. Kehilangan seseorang yang baru saja bisa
kuandalkan. Seseorang yang menginisiasi janji untuk membawa hati ini berlari.
Membebaskan dari kesendirian yang mengkarat saking lamanya terbengkalai tak
termiliki.
Mengapa harus ada dia diantara kita?
Lagi-lagi mungkin aku terbutakan. Terbuai oleh khayalan yang
mengembara liar tak tentu arah dan tujuan. Awalnya aku menikmati, mempercayai
bahwa jalan yang kita awali akan menemukan sebuah tepi. Pemberhentian yang bisa
membuatku merasa sedikit lega. Membuatku bernapas seperti sediakala. Tidak
perlu terengah-engah karena dipaksa berlari kemudian sembunyi. Tidak perlu didera
perasaan takut teramati.
Aku mencintaimu. Sejak dulu. Karenanya aku bersedia
mendampingi semua proses pendewasaan yang kita berdua rintis dari semula. Aku
menyayangimu. Mungkin tak tertandingi. Karenanya aku bersedia menawarkan hati
untuk dijadikan pijakan bagimu berlari. Menuju apa yang kamu sebut mimpi. Aku
memujamu. Tanpa perlu imbalan. Oleh sebab itu aku rela didera berbagai perasaan
yang berkecamuk seperti daratan tak bertuan. Kerontang.
Sedari awal aku sudah mengunyah banyak konsekuensi
menyakitkan. Dari permulaan aku sudah dihadapkan pada kenyataan yang seringkali
membuatku menangis sendirian. Tapi aku bertahan. Aku percaya bahwa kamu bisa
menyelesaikan semua masalah seperti yang aku harapkan. Aku tetap berdiri karena
aku memiliki keyakinan kamu akan bisa memutuskan. Tidak lagi gamang untuk
memilih jalan yang akan diambil kemudian. Tidak lagi ragu untuk berseru dan berlari
ke arahku.
Aku salah. Lagi-lagi aku keliru. Kamu tidak berlaku seperti
apa yang sering kamu utarakan. Kamu terlanjur diayunambingkan kenyamanan dari
kondisi yang justru bagiku tidak pernah menguntungkan. Kamu terninabobokan
keadaan memiliki 2 cinta yang mungkin kadarnya sama besar. Kamu berkelit dengan
banyak alasan yang butuh banyak pemakluman.
Tidak cukupkah hanya ada aku, kamu dan cinta sehingga masih
butuh dia? Sebegitu berharganyakah dia sehingga masih harus tetap
dipertahankan? Atau sebegitu bodohkanhnya aku sehingga tetap saja diliciki
dengan janji-janji semanis aromanis. Aku sudah banyak menelan kepahitan. Bukan
kebahagiaan seperti yang sering kamu dengungkan. Aku sudah dipaksa berjalan di
padang berduri, padahal dulu kamu bilang aku tinggal duduk nyaman di atas
permadani. Aku mulai bosan. Aku mulai mempertanyakan.
Mengapa harus ada dia diantara kita? Sedemikian perlukahnya
dihadirkan pemeran tambahan yang akan meramaikan? Atau justru aku yang
sebetulnya menjadi sosok cameo? Sosok yang tampil hilir mudik dengan bayaran
tak sepadan. Sosok yang tidak perlu diperhitungkan hanya karena alasan
mengambil peran kecil yang tidak penting.
Kini aku berdiri di batas keyakinan. Kalau kamu tidak lantas
memutuskan maka biarkan aku yang memberikan kemudahan dengan memberimu jalan
untuk pulang. Sedari awal yang kita jalani mungkin tidak benar. Karenanya
biarkan aku yang menyerah. Kembali meletakan mimpi yang sempat tergelembungkan.
Lepaskan aku dan berlarilah kepadanya. Dia pasti sosok yang
mencintaimu tanpa cela. Sosok yang mungkin tidak pernah mengetahui kalau selama
ini ada aku. Orang ketiga yang hadir diantara kamu, dia dan cinta.
1 komentar:
wah, keren banget kata katanya. dan mungkin jalan terbaik untukmu adalah akhiri dan berbalik arah saja. toh bila memang dia mencintaimu, sudah dari dulu dia memlilih jalan untuk berlari ke hatimu, bukan untuk berusaha memiliki dua hati. hmm...
Posting Komentar