Halaman

Jumat, 30 Januari 2009

Farewell moment


Saatnya berpisah. Gue paling nggak bisa mengungkapkan perasaan ketika kita harus berpisah dengan lingkungan dan temen-teman di lingkungan tersebut. Tapi bagaimanapun saatnya telah tiba. Sudah waktunya gue melangkah pergi, meninggalkan semua kenangan yang sempat tercipta baik itu kenangan manis maupun kenangan pahit.

Belum setahun gue masuk di lingkungan ini, 9 bulan tepatnya. Tidak terasa sudah selama itu kita berjuang bersama, mewujudkan idealisme demi kemajuan perusahaan ini. Gue bukan tidak berkomitmen atau lari dari komitmen yang pernah gue buat. Gue cuma harus memilih, dan ini keputusan gue. Meninggalkan perusahaan ini dan teman-teman yang sudah memberi gue naungan kasih sayang.

Tak cukup kata untuk menggambarkan suka cita hidup bersama kalian selama ini. Meski katanya kita berbeda secara jabatan, tapi gue nggak pernah menganggap kita berbeda. Kita sama-sama berjuang. Mencari jati diri. Berkat kalian semua juga gue bisa seperti ini. 9 bulan membangun perusahaan dari awal bukan perkara yang gampang. Tak terperikan semua rasa ketika kita sama-sama putus asa, ingin menangis karena formulasi yang tak kunjung layak diproduksi. Itu menguatkan kita, membuat kita solid dalam suatu tim.

Gue bukan lari dari tanggung jawab, toh semua beban yang diserahkan di pundak gue selesai dipertanggungjawabkan. Semua perizinan, semua mesin yang terinstal, semua suplier, semua customer datanya lengkap tercatat. Gue titipkan semua pada kalian. Maaf kalau akhirnya membebani dengan pekerjaan baru yang gue tahu kerjaan kalian masing-masing juga tidak pernah sedikit. Tapi kita semua belajar satu hal bukan? Hidup ternyata tidak selamanya gampang. Berkutat dengan idelaisme yang terkadang luntur oleh keegoisan owner itu melelahkan, tapi mendewasakan. Membuat kita matang dalam mengambil keputusan.

Sahabat, gue berharap bahwa perusahaan ini akan berkembang ditangan kalian. Gue akan mengawasi dari jauh. Jangan sungkan untuk menghubungi gue dikala ada masalah, sebisanya gue akan membantu. Seperti biasa gue akan merentangkan tangan ketika kalian ingin berbagi sesuatu karena stres, meminjamkan bahu ketika kalian ingin menangis saat putus asa. Jangan sungkan, mungkin kita bisa menangis bersama seperti dulu yang kemudian diakhiri dengan makan sebanyak-banyaknya seperti orang kesurupan setan.

Jangan beranggapan kalau gue nggak sedih. Jauh di dalam hati, rasa sedih itu mengkristal. Rasanya berat untuk beranjak, apalagi kita sudah seperti keluarga. Tapi kembali lagi, gue harus memilih. Mungkin gue terlihat egois, terlihat seenaknya. Gue harap kalian mengerti bahwa gue beranjak untuk sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang bisa membuat gue lebih mengaktualisasikan keilmuan yang gue punya seperti cita-cita gue. Kalian pasti mengerti, gue tahu itu.

Akhirnya, tak henti gue ucapkan terima kasih. Terima kasih sudah sangat tahan dengan kenarsisan akut gue, kegilaan yang gue ciptakan, tindakan kekanak-kanakan yang senantiasa terjadi. Tapi itulah gue. Seseorang yang menyebalkan tapi ngangenin (???? =D). Terima kasih sudah mau berbagi makanan ketika kelaparan melanda, nggak pernah komplain karena gue banyakkan blogwalking, chatting dan cek fesbuk, karena gue tahu kalian melakukan hal yang sama. Hihihi. Jangan anggap gue nggak tahu yah!!

Semoga bisa mendapatkan manager R&D yang lebih baik dari gue. Sekali lagi, Terima Kasih untuk semuanya.

Rabu, 28 Januari 2009

He Makes Me Proud


Kalau gue ditanya, kapan gue merasa diri gue paling shaleh, paling deket sama Tuhan? Gue pasti jawab ketika gue mau sidang. Kalau waktu umrah dulu sih nggak usah dibahas, karena saat itu, Tuhan serasa ada sejengkal dari gue. Tuhan serasa mengusap-ngusap dada dan hati gue, rasanya kalaupun gue diminta menanggalkan nyawa dari raga, gue ikhlas. Ridho lillahitaa'la.

Nah kalau pas mau sidang, gue deket sama Tuhan karena ketakutan. Gue takut hal-hal buruk kejadian sama gue pas sidang itu. Gue dua kali sidang, selalu merasa dekat dengan Tuhan. Dari sebulan sebelum sidang, gue jadi rajin ibadah, semua shalat yang gue tahu gue jalanin. Bahkan untuk Tahajud yang biasanya males gue kerjain setengah mati, dengan enteng gue kerjain. Gue bisa bangun tanpa bantuan alarm sekalipun. Kok sekarang susah lagi yah?

Membaca doa pun rajin gue lakuin. Semua doa yang gue tahu, bahkan doa-doa yang untuk pertama kalinya gue dengungkan, gue lafadzkan hanya untuk menghilangkan kekhawatiran. Pengajian pun jadi rajin gue datengin. Padahal biasanya gue banyak alesan, sampai-sampai ustadznya bilang : Yuda kok jadi rajin ngaji, mau sidang yah? Gue cuman senutm-senyum bego. Dan itu kejadian dua kali, saat gue sidang S1 dan kemudian Sidang S2. Polanya sama. Rajin ngaji pas mau sidang doank. Tuhan pasti murka sebenernya, tapi daripada nggak. Hehehe. Maafkan Tuhan.

Gue sebenernya mau bandingin persiapan sidang gue (yang udah 2 kali) sama sidang yang mau adek gue lakuin minggu ini. Gosh, adek gue dah mau sidang lagi. Kurang ajarnya, dia kuliah 3,5 tahun aja dan IPKnya di atas gue. Padahal gue dulu jadi kebanggaan keluarga karena lulus tepat waktu 4 tahun dengan IPK lumayan, diatas 3,5 (sombong mode on). Igh adek gue dengan melenggangnya lulus 3,5 tahun mana pake IPK diatas 3,75 lagi. Siyalan. Eh, harusnya gue bersyukur yah kalo adek gue pinter. Tapi gimana, eksistensi gue terancam neh. Hehehehe

Meskipun mau sidang adek gue persiapannya minim banget. Paling sibuk baca-baca buku doang, itupun kalo gue liat ke kamarnya pasti ketiduran. Dah genetik keluarga gue kali, tiap baca pasti ketiduran. Sholat juga gak keliatan peningkatan intensitasnya, bahkan sholat subuh seringnya gak dilakuin, apalagi tahajud. Jauh deh dari dilakuin. Mungkin karena dia udah ngerasa PD banget kali yah, makanya nyantei aja. Gue sih dah terkenal as Mr perpect, jadi mau sidang pun semuanya harus berjalan lancar. Demi kelancaran itu makanya gue banyak berdoa.

Soal bergaul juga begitu. Sebulan sebelom gue sidang, gue dah jarang banget keluar malem buat sekedar ngumpul-ngumpul atau clubing. Pokoknya berkutat dengan diktat di rumah, sampai dibilang gak asik sama temen-temen jalan gue. Igh, mereka itu bukannya mendukung malah menjerumuskan. Kalau adek gue neh, tetep aja kelayapan. Clubing juga nggak dipantang. Hadir terus, nggak pernah absen. Heran gue, kok dengan pola hidup seperti itu dia bisa pinter yah? Udah dari sananya kali yah. Sebel!!!!

Tapi, gue tetep ngedoain semoga sidang adek gue bisa lancar. Amien. Dia satu-satunya orang yang marah ketika gue lulus sidang dengan predikat cum laude. Waktu gue bilang kalo dia cuman sirik, dia malah balik nyolot. Dia kesel gue lulus dengan predikat itu, soalnya itu jadi beban buat dia. Tapi see, sekarang dia bisa jauh lebih bagus dari gue. Makanya di skripsinya gak salah dia nulis terima kasih buat gue untuk lecutan semangat tiada henti. Huahaha. Jadi semakin sayang sama adek gue.

Mbrot, akhirnya kita bisa sama-sama membanggangkan kedua orang tua kita. Dan sumpah, gue juga bangga banget sama lu.

Minggu, 25 Januari 2009

No, Thanks




On Ym with my friend,

My friend : Yud, sebelum gw atau lu yang sign off duluan, gue cuman mau bilang kalau kemaren gue ketemu sama si xxx mantan lu itu. Katanya dia masih punya hati sama lu, dia masih sayang banget sama lu. Dia pengen balikan lagi sama lu.
Meebo message : my friend is offline

Gue bener-bener nganga baca message dari temen gue itu. Pertamanya gak bisa ngomong, terus langsung marah. Kenapa sih temen gue itu langsung offline aja. Jadi kan gue nggak bisa tahu apa yang mereka omongin ketika ketemu itu. Gue jadi gak bisa ngorek-ngorek juga kenapa si mantan gue itu pengen balik lagi sama gue. Siyalan. Makanya gue langsung ngirim message offline ke temen gue itu.

Gue : Apa? Pengen balik ma gue? Masih sayang ma gue?
Gue : Baseeeeeeeeeeeeeeeee!!!!!!!!!!!!

In a real situation, kalau si mantan itu ngomong langsung sama gue dia masih sayang dan mau balik lagi. Gue pasti punya jawaban pasti yaitu TIDAK!!!! Nggak perlu mikir-mikir lagi buat jawab permintaannya itu. Pertama, sekarang gue udah punya pacar lagi, seseorang yang gue sayang dan sayang sama gue. Seseorang yang untuk saat ini dan mudah-mudahan sampai nanti bisa terus bareng sama gue. Ya setidaknya sekedar berbagi sepotong cinta sederhana, yang menamatkan perasaan gue dan juga perasaan dia.

Kedua, kalaupun gue nggak punya pacar, jawabannya juga pasti tetep tidak. Gue bukan tipe orang yang mau balik lagi sama mantan pacar. Gue bukan tipe orang yang suka ngorek-ngorek barang lama meskipun dengan jaminan rasa baru. Apalagi kalau isue putusnya hubungan kita adalah karena dia selingkuh. Buat gue, nggak ada ampun untuk sebuah perselingkuhan. Bolehlah dia berdalih kalau saat itu dia khilaf, saat itu dia kesepian karena gue yang super sibuk, atau saat itu dia dijebak. Tetep buat gue selingkuh artinya menodai kepercayaan gue. Dan nggak ada ampun buat itu. Gue pasti memafkan orangnya, tapi tidak perbuatannya.

Mungkin si mantan itu nggak tau kalau sekarang gue dah punya pacar lagi, karena gue nggak merasa punya kewajiban buat ngasih tahu dia. Kita udah jalan masing-masing. Dulu sih ketika rasa sakit masih menganga di hati gue dan accidentally gue bertemu dengan pacar gue yang sekarang, rasanya gue pengen langsung bikin pengumuman sama si mantan kalau gue dah punya pendamping baru. Sekedar bikin bewara kalau gue masih laku meskipun udah dia sakitin. Gue bisa dengan mudah nemuin orang yang sayang sama gue. Tapi ketika dipikir lebih jauh, buat apa? Membalas sakit hati dengan berusaha menyakiti tidak akan menjadikan gue terlihat lebih kuat, justru akan membuat gue seperti mencari pelarian.

Tapi sumpah, gue memutuskan pacaran sama yang sekarang bukan karena pelarian. Prosesnya nggak instan, butuh pengorbanan lebih juga. Dan ketika gue yakin bahwa dia adalah orang yang tepat, gue baru bilang iya.

So, buat mantan gue yang katanya masih sayang sama gue, yang masih naruh hati, kesempatan buat lu udah nggak ada. Percuma menjanjikan kalau sekarang lu sudah berubah. Semua sudah terlambat. Perubahan itu seharusnya lu buat ketika gue memberi lu kesempatan kedua waktu dulu, bukan sekarang. Saat semuanya sudah terlambat. Saat hati gue sudah tertutup oleh cinta yang lain. Cinta yang semoga lebih indah dari yang pernah lu tawarkan dan janjikan dulu. Maaf, gue nggak bisa. Gue nggak mau tepatnya.

Jumat, 23 Januari 2009

Ceritayuda's Birthday


Nggak berasa sudah setahun gue nulis disini. Nggak kerasa juga udah seratus sekian tulisan yang tercipta. Baik tulisan ketika jatuh cinta, patah hati, hancur lebur, maki-maki, ngata-ngatain, penyesalan, doa, tentang sahabat, dan semua perasaan yang bisa dicurahkan dalam bentuk tulisan.

Tempat ini jadi sarana buat gue keluar dari kepompong gue. Berkamuflase menjadi gue yang sebenarnya. Nggak ada yang gue tutup-tutupi disini. Berusaha jujur pada diri sendiri, keluar dari semua belenggu.

Berawal dari bukunya Fa, kemudian tau adanya blogspot. Memang gue akuin gue telat tau saking gapteknya. Nggak tau kalau ada teknologi blogspot. Thanks to Fa, untuk inspirasi tiada henti. Sama halnya dengan dia, semenjak kenal blog tak ada yang gue pikirin setiap hari selain nulis. Blog bikin gue kacanduan menulis. Dimulai dengan tulisan "Ten Things i hate about me" yang kemudian jadi nggak pernah berhenti mencipta tulisan-tulisan baru. Sampai sekarang.

Mungkin blog gue tidak setenar blog-blog yang lain, yang setiap harinya dikunjungi ratusan bahkan ribuan orang. Tapi itu bukan masalah, kembali ke tujuan awal. Gue hanya ingin nulis. Nggak peduli mau dibaca orang atau enggak, kalau ada yang baca kemudian komen ya sukur, bikin tambah semangat nulis.

Terima kasih kepada pengunjung-pengunjung setia blog gue. Mungkin nggak perlu tambahan jari tangan untuk menghitungnya. Kehadiran kalian ikut mewarnai perjalanan blog gue ini. Terima kasih banyak karena dengan membaca blog kalian juga turut mengsinsiprasi hidup gue. Menambah warna pelangi, memperkaya wawasan dan seringnya mentertawakan diri sendiri. Bukankah mentertawakan diri sendiri adalah jalan untuk menjaga kewarasan?

Sekali lagi gue ucapkan selamat ulang tahun ceritayuda.blogspot.com. Terima kasih sudah setia mengikuti semua perjalanan gue. Nggak ada perayaan ritual semisal meniup lilin, meski tetap terpanjat sepenggal doa. Semoga semuanya akan berjalan seperti apa yang gue harapkan. Amien

Kembali gue ucapkan : Mari kita bermain di taman aksaraku, agar kita semua terjerembab dalam rasa cinta yang sama. Kujanjikan akan kau lihat kupu-kupu di sana, bahkan di tempat-tempat yang tak pernah kau bayangkan sama sekali. Selamilah duniaku melalui goretan aksara dan kata yang kutoreh di sana. Nikmati, kemudian kau akan mengenal siapa aku sebenarnya. Seseorang yang tak lagi bertopeng kata, seseorang yang akan mengajakmu berarung jeram menyusuri riak-riak aksara.

Kamis, 22 Januari 2009

Life is a Cinema


Hidup ibarat sebuah sinema, bahkan lebih menyeramkan. Sakit adalah sakit dan darah adalah darah. Tak ada peran pengganti yang akan menggantikanmu menanggung sakit akan sesuatu.

Memang benar hidup itu tak lebih dari sebuah jalinan cerita dalam sinema, episode demi episode harus kita jalani tanpa tahu skenarionya secara pasti. Tak lebih dari sekedar menerka-nerka jalan ceritanya. Mencoba menjadi kreatif untuk sekedar menyelesaikan satu episode penuh misteri. Dipaksa memainkan peran yang tak pernah terbayangkan kadang sering dijalankan hanya untuk itu tadi. Menyelesaikan satu episode hidup.

Kalaupun satu season berisi beberapa episode telah usai dan tamat maka kita sudah ditunggu dengan cerita baru. Skenario asing yang tak kita kenal menanti untuk dimainkan. Peran pembantu juga telah disiapkan lengkap, antagonis dan protagonis. Semuanya hanya untuk membuat cerita hidup kita menjadi lebih bermakna. Lebih bermakna dengan cara berinteraksi dengan mereka. Peran pengganti yang hadir justru akan menguatkan posisi kita sebagai peran utama. Membuat kita menamatkan tiap episode dengan indah.

Hidup lebih hebat dari sinema pada kenyataannya, karena dalam waktu yang sama kita akan bermain di beberapa cerita. Tak selalu jadi peran utama, tapi peran pembantu. Peran pembantu dalam jalinan cerita sinema orang-orang di sekitar kita. Kadang kita memainkan peran protagonis ketika kita menjadi sosok yang baik untuk orang lain, menguatkan kehidupan seseorang untuk membuat ceritanya menjadi indah. Tapi sering pula kita menjadi peran antagonis, seseorang yang ternyata tanpa disadari menyulitkan hidup seseorang. Membuat episode hidup seseorang menjadi tidak gampang. Life is totally a cinema, and I really love doing my cast.

Tak bisa memilih skenario mana yang harus dilakoni seringnya menjadi tantangan tersendiri. Kehidupan dengan jalinan cerita yang monoton akan menjebak kita dalam rasa bosan yang tak terperi. Hidup yang datar-datar saja tak akan membawa kita kemana-mana, tak menjadikan kita siapa-siapa. Hanya menamatkan kewajiban untuk menjalani peran tersebut. Justru kehidupan yang berliku, yang penuh onak dan duri yang akan menjadikan kita lebih kuat, lebih memaknai jalinan cerita itu sendiri. Menjadikan kita layak mendapatkan piala vidia kehidupan bahkan untuk kategori life achievement award.

Skenario yang harus kita mainkan seringkali tak sejalan dengan keinginan kita. Di situlah seninya, bagaimana kita mengerahkan semua kemampuan kita hanya untuk memainkan cerita yang sebenarnya tak kita inginkan. Mencoba berdamai dengan sang sutradara kehidupan hakiki dan dengan cerita serta peran yang harus kita jalankan mungkin satu-satunya seni peran yang bisa dilakukan. Ikuti saja jalan cerita utamanya, buat sedikit improvisasi, itu akan membuat cerita yang biasa-biasa menjadi luar biasa.

Karena nggak ada peran pengganti maka kita harus siap untuk menanggung setiap resiko dari setiap peran yang akan kita jalankan. Menangis, air mata, bahagia dan tertawa pasti akan mewarnai semua cerita. Jangan hanya mengharapkan tawa karena air mata juga membuat semuanya lebih bermakna. Tak hanya suka yang membuat kita bahagia, kesedihan juga sering membuat kita menjadi lebih kuat. Lebih kuat dari siapapun.

Akhirnya aku cuma ingin bilang : Selamat menjalankan peran kita masing-masing!

Senin, 19 Januari 2009

Aku, Kekasih dan Sahabat


Beberapa hari yang lalu smsan sama temen. Topiknya bikin gue mengelus dada, menafakuri diri. Semua yang dia bilang, semua yang gue tanggepin akan smsnya itu juga pernah kejadian sama gue. Ternyata semua orang kadang memiliki masalah yang sama, bahkan masalah yang itu-itu saja. Thanks God, kadang gue bisa keluar dari lingkaran itu meski kadang juga terperosok ke lubang yang sama.

Topik smsnya memang gak jauh-jauh dari soal hubungan, baik hubungan sama pacar maupun sama sahabat dan bahkan hubungan yang melingkarkan semua itu. Kita sebagai pasangan dan kita sebagai seorang sahabat. Terkadang dilematis ketika semuanya bersinggungan dan tidak menemukan jalan keluar.

Beberapa petikan sms antara gue sama temen gue itu.
-Apakah mengejar suatu relationship itu merupakan sesuatu yang absurd?-
Bukan. Gue bakal bilang kalau itu tidak absurd. Apalagi kita tahu bahwa hubungan itu pantas dan layak untuk dipertahankan. Mengejar relationship yang kita yakin bisa diperjuangkan adalah proses pencapaian tujuan. Bukankah tujuan akhir hidup kita adalah membina relationship dengan pasangan? Makanya proses mengejar suatu relationship itu bukan sesuatu yang absurd. Itu merupakan langkah awal paling nyata yang bisa dilakukan untuk meraih kebahagaiaan hakiki.

-Apakah ketergantungan kita pada pasangan merupakan hal bodoh?-
Itu masalah persepsi dan cara pandang. Selama ketergantungannya bersifat positif itu bukan hal bodoh. Tak ada hal bodoh dalam membina suatu hubungan meskipun itu menimbulkan suatu ketergantungan karena ketergantungan disini tidak bersifat satu arah. Gue yakin kita bukan tipe orang yang bergantung secara finansial pada pasangan kita, kita punya karier lumayan. Setidaknya cukup buat hidup kita sendiri. Ketergantungan pada pasangan untuk mencapai hidup yang lebih baik bukan hanya melulu soal finansial, tapi kita bergantung padanya agar kita bisa mewujudkan semua mimpi yang bisa tercipta. Itu bukan hal bodoh. Itu lagi-lagi proses. Proses pencarian bentuk suatu hubungan.

-Lantas kenapa temen-temen kita jijik dan memandang sebelah mata karena kita memiliki ketergantungan sama pasangan dan mengejar suatu relationship?-
Terkadang sahabat lebih mengerti kita dibanding diri kita sendiri. Terkadang mereka menyayangi kita dengan cara yang juga tidak dimengerti. Ketika mereka menggugat, mempertanyakan semua apa yang kita telah perjuangkan dalam suatu hubungan, ketika mereka mencerca semua bentuk ketergantungan kita terhadap pasangan, mungkin itu refleksi rasa sayang mereka. Berulang kali mereka melihat kita jatuh, hancur, kemudian bangkit lagi. Karena itu mungkin mereka tidak ingin melihat hal seperti itu kejadian lagi. Mereka sayang sama kita, mereka tidak ingin kita mengecap rasa pahit yang sama, hancur dalam bentuk yang sama. Tapi kadang mereka tidak mengerti. Beri mereka waktu. Beri mereka kesempatan melihat kita tumbuh dalam hubungan yang ini. Kalaupun akhirnya hancur dan lebur, setidaknya kita harus menunjukkan kepada mereka kalau kita mampu bangkit karena kita tahu konsekuensinya dari awal. Tak ada proses mengejar suatu hubungan yang tidak beresiko.

Well, semuanya adalah proses pendewasaan. Ketika lingkungan terdekat menggugat, jadikan itu sarana ujian untuk menjadikan hubungan yang kita bangun dengan pasangan lebih kokoh. Cukup beri mereka keyakinan, kalaupun mereka tidak mau menerimanya, cukup beri mereka waktu. Tetap berusaha memperjuangkan apa yang kita anggap benar. Mereka akhirnya pasti akan mengerti. Itulah kenapa kita menyebutnya sahabat sejati. Mereka tak akan pergi dari kita, setidaknya kita akan tetap ada di hati mereka. Percayalah.

nb : dedicated to my dearest friend. Coba kita kenal dari dulu yah!!Sayang gue dulu jarang beredar..

Jumat, 16 Januari 2009

Thank You


Kemaren ngurus clearance sheet ke HRD. Ternyata yang megang clearance sheetnya si curi-curi pandang itu. Terus dia dengan baik hatinya ngitungin sisa cuti gue, bilang apa aja yang musti diurus sebelum gue keluar akhir bulan ini.

Dia bilang gini : Wah, Yuda keluar bikin sedih banyak orang.......Padahal gue yakin, yang paling sedih dia. Huahaha. GeEr mode on. Jadi gak enak ati gue....

Tapi belakangan ini dia jadi lebih berani, gak cuman curi-curi pandang kayak dulu. Tiba-tiba nelpon gue malem-malem dan pake lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, cuman curhat dan bilang kalo sebenernya dia bakal kehilangan gue. what?!

Suka heran deh, kalo di telpon dia bisa manis banget, tapi kalo di kantor bawaannya cuek dan dingin. Kadang gue nggak ngerti maunya apa. Atau jangan-jangan cuman gue doang yang kegeeran. Dia hanya menganggap bahwa semuanya biasa aja. Entah lah....

Dear you........Hidup gue harus gue yang memutuskan, dan gue udah sampai tahap itu. Meninggalkan perusahaan ini untuk menggapai semua asa yang masih bisa diraih. Gue tahu, kamu pasti ikut bahagia kalau gue bahagia kan?

Terima kasih sudah sangat perhatian selama ini. Memberi gue warna lain selama kerja disini, meski warnanya kadang cerah kadang abu. tapi gue menghargai semua itu.

Satu yang belum kesampaian. Kapan kamu ajak gue melihat pantai di dekat rumahmu?

Senin, 12 Januari 2009

My ExBoss


Benar kata orang, kalau kita akan merasakan arti kehadiaran seseorang itu kalau orang tersebut sudah tidak ada lagi di dekat kita. Gue sering ngerasa begitu, menyia-nyiakan keberadaan seseorang, tapi ketika dia pergi menjauh gue baru ngerasain arti dari orang tersebut. Tapi seringnya semua sudah terlambat, orang tersebut sudah pergi. Kadang tak kembali.

Gue jadi berpikir, apakah hal itu yang sekarang dialami mantan bos gue di perusahaan yang dulu. Masalahnya kok sekarang dia jadi perhatian yah sama gue. Sering banget ngajak gue berkomunikasi “intim”. Padahal dulu waktu dia jadi bos gue, boro-boro. Senyum aja dia jarang banget. Gara-gara itu gue sering BeTe sama dia.

Memang sih mantan bos gue itu umurnya nggak beda jauh sama gue, cuman beda setahunan gitu. Yang ngebedain cuman nasib doank. Dia lahir dari orang tua yang memang pengusaha, jadi kelar kuliah bisa dengan melenggang langsung menjadi bos. Tapi soal itu gue nggak sirik, gue bahagia dengan apa yang udah gue dapet sekarang.

Mantan bos gue ini kalau gue dan temen-temen di kantor yang lama, memasukannya dalam kategori cina cakep. Karena memang beneran cakep. Usut punya usut dia di Aucland sana memang sempet jadi foto model gitu. Nggak heran deh kalau itu bener, karena ya memang dia itu pantes jadi foto model. Sayang Ayahnya keburu manggil dia balik ke Indo, melanjutkan tampuk kepemimpinan perusahaan. Kayaknya sih dia lebih nyaman jadi foto model deh dibanding jadi direktur. Ini berdasarkan penilaian gue lho!

Masalahnya dia itu agak sulit berkomunikasi dengan kita-kita sebagai bawahannya. Bukan komunikasi dalam hal pekerjaan, tapi masalah-masalah kehidupan. Kadang gue ngerasa kalau dia itu sebenernya pengen gabung sama kita kalau pulang kerja kita heboh mau jalan kemana, apalagi ritual jumat ceria itu. Kayaknya dia pengen banget ikut, tapi jaim. Jaga gengsi.

Mungkin karena itu juga makanya dia jadi nggak deket sama kita. Kita sih sungkan kalee, dia kan direktur, masa kita ajakin gila-gilaan. Meski nggak masalah juga sebenernya. Karena ada gap itu makanya dia juga bawaanya jadi jutek. Nggak pernah berkomunikasi sama gue diluar pekerjaan. Bawaannya tegas mulu, padahal gue orangnya sering becanda. Mungkin itu juga yah yang bikin dia BT sama gue.

Anehnya, beberapa bulan belakangan ini, semenjak gue keluar dari perusahaannya (maaf, gue memang hobi pindah-pindah. Apalagi kalau iming-imingnya nominal. Hehehe), dia jadi rajin berkomunikasi sama gue. Pertamanya sih sms basa-basi nggak penting, lama kelamaan kok dia jadi sering curhat. Malah sering nelpon lama juga. Gue sih awalnya bingung, kok dia berubah yah?

Apa dia merasa kehilangan gue gitu yah? GR gue kalo dia merasa kehilangan. Tapi masa sih merasa kehilangan gue, siapa gue coba? Aneh aja melihat perubahan sikap dia. Dari yang asalnya jutek dan dingin jadi hangat dan komunikatif. Beberapa kali malahan dia maksa-maksa gue buat nemuin dia di Jakarta. Mau ngapain?

Makanya gue bilang, rugi kan lo dulu sempet jutek dan nggak deket sama gue. Kalau udah begini susah kan kalau mau ketemu. Hehehe. Jangan-jangan pelet dari dukun gue baru bekerja sekarang. Huahahahaha. Becanda gila!!!!! Ngapain pake dukun-dukunan. Mantas bos gue itu tipe orang yang sekali dicolek juga bisa nempel. Hihihi. Sableng gue. Maaf ya mantan bos, belom sempet ketemu nih, belom ada waktu.

Jumat, 09 Januari 2009

Berdialog Dengan Tuhan


Tuhan, izinkan aku bertanya! Apakah perasaan sendirian ini yang sering aku rasakan merupakan cobaanMu atau justru anugerahMu? Tolong jawab Tuhan! Aku tahu Engkau ada, mendengarku yang malam ini mengajakMu berbincang-bincang.

Kalau itu merupakan cobaanMu, maka aku yakin aku akan bisa melewatinya. Engkau bersabda dalam Al-Qur’an kalau Engkau hanya menguji dengan cobaan yang bisa diterima oleh umatMu. Berarti seharusnya aku mampu untuk melewatinya bukan? Tapi mengapa sulit Tuhan? Mengapa aku justru melirik iri pada mereka yang sepertinya tidak pernah merasa sendirian? Aku minta penjelasan Tuhan! Tak perlu lewat lisanMu, cukup Engkau berbicara dengan hatiku yang akan melahirkan keyakinan perasaan.

Apabila itu merupakan anugerahMu? Sudah seharusnya aku bersyukur bukan? Tapi aku masih tidak mengerti. Mengapa kesendirianku merupakan anugerah? Apakah dengan kesendirian yang tercipta aku akan terhindar dari perbuatan dosa yang Engkau murkai? Tolong Tuhan, tunjukan kuasaMu untuk menjawab semua pertanyaanku. Aku hanya tidak mengerti, aku hanya tidak memahami jalan pikiranMu, takdirMu.

Dari saat aku beranjak remaja, ketika kesendirian dan kesepian itu mulai aku rasakan aku selalu berdoa padaMu. Aku tahu Engkau masih ingat semua doaku, apalagi doa itu sampai sekarang masih terlontar dari mulutku. Aku berdoa semoga kesepian dan kesendirian yang selalu aku rasakan merupakan suatu berkah terbesar dariMu untukku. Aku selalu melafalkan itu setiap selesai menemuiMu. Apakah semua perasaan ini sekarang merupakan jawaban atas doaku itu? Kalaupun iya, ternyata aku belum sanggup menerima jawaban itu.

Engkau pasti tahu kalau aku sering diam-diam menangis mengadu kepadaMu, melaporkan keirianku terhadap teman-temanku di luaran sana. Dengan mudahnya mereka keluar dari kesendirian dan kesepian. Apa doa mereka Tuhan? Tak Kau izinkankah aku mengutip doa mereka? Tak Kau izinkankah aku merasakan apa yang mereka rasakan? Jawab Tuhan! Aku menunggu.

Tuhan, ketika kesepian dan kesendirian ini sebenarnya merupakan itikad paling baik dariMu untukku, maka aku mohon Tuhan. Buat aku merasa nyaman dengan perasaan tersebut. Jangan kau ciptakan perasaan iri dalam hatiku. Jangan kau buat aku kemudian semakin tersiksa menyaksikan mereka menikmati anugerahMu itu. Buat aku kuat Tuhan. Buat aku mengerti itikadMu itu, mengerti pengejawantahan kasih sayangMu terhadapku.

Kalau aku boleh menerka kehendakMu wahai Tuhan, kesepian dan kesendirian yang kau berikan padaku adalah agar aku senantiasa mengingatmu dan menyambangimu. Betulkah terkaanku Tuhan? Karena Engkau sangat mengerti aku. Ketika aku tidak sendirian, ketika aku tidak kesepian maka aku akan menjauh dariMu. Engkau tidak ingin hal itu terjadi, Engkau tidak ingin menjadikanku hamba yang Mmelupakanmu? Betulkah lagi terkaan ku Tuhan? Aku harap semuanya tepat.

Maafkan aku Tuhan kalau aku berburuk sangka kepadamu. Aku hanya bosan dengan kesendirian. Aku muak dengan kesepian. Kalau kau beri kesempatan aku berdoa, meminta sesuatu sekarang, aku akan meminta agar aku tak sendirian dan kesepian lagi dan tentunya masih dalam pengawasanMu. Karena aku tak mau tergelincir seperti dulu.

Maaf Tuhan. Aku sudah terlalu banyak meminta dan menuntut! Aku hanya ingin berdialog denganmu malam ini, seperti malam-malam sebelumnya.

Rabu, 07 Januari 2009

Jika Aku Menjadi


Pernah liat salah satu acara di stasiun tv swasta yang judulnya jika aku menjadi gak? Itu lho reality show yang mewajibkan pesertanya nginep beberapa hari di rumah orang yang biasanya hidup susah dengan ekonomi pas-pasan. Terus pesertanya ngikutin semua pekerjaan dari orang tersebut. Banyak sih contohnya, misalnya tukang martabak keliling, tukang bikin batu bata, tukan bikin bilik bambu, tukang nyari kodok, dan banyak lagi.

Acaranya lumayan menyentuh. Mengajarkan juga sama para peserta yang biasanya orang “kota” yang terbiasa hidup enak untuk hidup sederhana dan bekerja keras demi penghasilan yang kadang nggak seberapa. Sering juga gue sebagai penonton takjub sama kehidupan orang-orang itu, benar-benar hidup prihatin tapi selalu nampak bahagia dalam cara pandangnya. Mungkin karena mereka memang tidak punya pilihan lain juga.

Belakangan ini temen-temen gue di kantor pada ribut nyuruh gue buat ikutan acara itu. Gampak kok caranya kata mereka, tinggal kirim CV ke stasiun TV tersebut terus nunggu dihubungin. Apaan sih? Suka heran deh sama temen-temen gue ini. Kenapa musti gue coba?

Saking semangatnya mereka nyuruh gue ikutan, mereka ngejelasin kalau gue itu cocok banget buat ikutan itu acara. Gue masuk dalam dua katagori pesertanya, yaitu anak orang kaya sama anak mamih. Hah?

Biar gue klarifikasi yah. Pertama, gue bukan anak orang kaya. Tapi gue aminin aja deh, siapa tahu kecatet malaikat dan kejadian. Amien. Orang tua gue berkecukupan, alhamdulillah, tapi biasa-biasa aja kok. Malah gue dari kecil udah biasa hidup sederhana dan apa adanya. Beneran! Kedua, masa sih gue tipikal anak mamih? Nggak kalee, gue kan orangnya mandiri (jangan ngakak kalian!). Gue memang deket banget sama nyokap, semua gue ceritain sama dia (kecuali hal-hal yang gue yakin bakal nyakitin hatinya. Jadi mending gue simpen sendiri), tapi itu nggak menjadikan gue anak mamih kok. Gue bisa berdiri di atas kaki gue sendiri.

Sialnya meskipun gue dah mati-matian klarifikasi, temen-temen gue di kantor tetep nggak percaya dan keukeuh nyuruh gue ikutan acaranya. Kata mereka, kalau gue nggak mau ngirimin, biar mereka aja yang ngirimin CV gue. Kalau perlu tanpa sepengetahuan gue. Igh, pemaksaan kehendak taoo. Gue laporon sama komnas HAM lho. Tapi gue kepikiran juga sih, apa gue nyoba kirimin aja yah?! Sapa tau bisa eksis (teteup!). Bisa nggak yah kalau gue ikutannya itu pas edisi jika aku menjadi artis terkenal gitu, atau penyayi sukses. Jadi pengusaha kuaya raya juga boleh lah. Hehehe. You wish.

Gue nggak bisa ngebayangin kalau ikutan acara itu. Beneran. Kayaknya gue dari awal ikutan dah pasti mewek-mewek gitu deh. Gue kan sensitif dan perasa (meski nggak kayak babu baru juga). Bencong banget gak sih kalau cowok itu perasa? Tapi sumpah inimah kenyataan, gue paling nggak tahan kalau liat sesuatu yang sedih. Glandula lakrimalis gue alias kelenjar air mata pasti langsung terinduksi dan mengalirlah dengan deras itu air mata. Aduh malu! Tapi buat apa Tuhan ngasih cowok juga kelenjar air mata kalau bukan buat mewek. Gue sih cuma memaksimalkan pemberian Tuhan aja. Pembenaran ala gue lagi.

Ikutan atau nggak ikutan acara itu sebenernya nggak masalah. Yang penting kita bisa lebih mendalami perasaan orang dan lebih bagus lagi kalau bisa membantunya menghilangkan kesusahan. Nggak perlu pake diliput TV segala, yang penting ikhlas dan memang berniat membantu. Tuh kan gue jadinya mewek lagi. Heheheheh. Nggak dink!

Senin, 05 Januari 2009

Gue Gitu Juga Kok...


Kemaren pas di kantor lagi nggak banyak kerjaan, eh gak banyak yang masuk karena pada cuti natalan gue iseng-iseng blogwalking. Nemuin blognya salah seorang PNS (yang katanya seksi). Terus langsung ngakak-ngakak karena baca postingan-postingannya yang cruncy. Segar. Yang komentarin juga gak kalah seru. Bener-bener ngasal deh mereka. Sableng.

Yang mau gue bahas bukan blognya si PNS seksi itu (should I change my blogs name into PNS apa gitu….?) Berasa senasib seperjuangan sama si PNS seksi itu sekarangmah. Untung gue masih ditempatin di Jakarta atau Serpong dan bukannya di Papua kayak dia. Bisa mati gaya gue. Hehehe.

Di salah satu postingan dia nulis begini :
“Damn…24 years old…dan blog gue isinya kaya diary ABG gini…duuh otak gue berhenti tumbuh setelah mimpi basah pertama gue kayaknya…… Boys will be boys…but no boys write a blog like this in age like mine…24 years old boys should be busy playing their toys : blackberry, girls, nice ride…bukan bikin diary bodoh kayak gini. Sigh….shame on me!”

Gue langsung ketawa sendiri (untung di ruangan gue nggak ada orang lain. Bisa disangka gila gue). Bukannya ngetawain dia yang katanya udah 24 tahun tapi masih rajin nulis postingan di blog yang isinya kayak diary, tapi gue lebih tepatnya ngetawain diri gue sendiri. Gue melakukan hal yang sama soalnya. Nulis blog kayak nulis diary, padahal umur gue 3 tahun di atas dia lho!!

Iya sih, mungkin seumuran gue harusnya lebih banyak nulis yang berbobot kali yah. Kaya isue sosial, politik, gadget, kemasyarakatan, penelitian ilmiah. Tapi kok blog gue isinya lebih banyak narsis-narsisan, sumpah serapah sama cerita cinta nggak karu-karuan. Bener-bener malu deh gue. Malu sama temen-temen seusia gue yang lebih bisa bermanfaat buat orang banyak. Ugh…siyal tuh PNS seksi, bikin gue tengsin. Nggak dink, justru gue harusnya berterima kasih sama dia karena membuka wawasan dan cakrawala gue.

Tapi dari awal kan gue bikin blog cuman pengen nulis yang sederhana-sederhana aja, yang terjadi sama gue sehari-hari. Nggak yang berat-berat (pembenaran ala gue). Kalau nulis yang berkualitas nantinya malah kayak jurnal ilmiah lagi, dan pasti banyak yang meragukan keabsahan datanya. Soalnya gue yang nulis. Peneliti sinting.

Well, gue nggak ada rencana merubah isi blog gue kok. Biarkan aja biar jadi testimoni perjalanan hidup gue. Kalaupun suatu saat gue kepikiran untuk menulis yang lebih serius, pasti di blog yang lain. Nggak disini, ntar orang malah bingung dan berpikir kalau yang nulis banyak orang atau lebih parah malah yang nulis orang yang berkepribadian ganda. Hehehehe.

Buat yang kebeneran blogwalking dan nemu blog gue, jangan langsung meraba-raba dan menjudge gue orangnya sama persis dengan yang di blog ya! Ini cuman sisi lain dari gue. Sisi anak kecil gue yang gemar nulis seperti halnya anak kecil yang gemar ngemut permen loli. Gue bisa jauh lebih serius dari ini. Sumpah. (Hehehehe, sekalian promosi. Siapa tau ada yang tertarik dan ngajak pacaran. You wish!!!!).

Jumat, 02 Januari 2009

Mencintaimu

Demi purnama yang menggantung pasti
Demi selimut malam yang berhiaskan jutaan bintang
Aku berlari ingin menghentikan waktu
Membuat bumi tak berputar pada porosnya
Menghentikan cakrawala

Waktu yang merambat pelan
Beringsut menuju titian warna pelangi
Membuatku tak ingin menengok ke belakang
Tak lagi menoleh dan terus berlalu
Denganmu

Duhai kekasih hati
Dekaplah aku dengan cintamu
Rengkuhlah aku dalam peluk tiada akhir
Seperti udara yang terus bisa dihela
Tanpa batas
Tanpa angkara

Kini kuberani mendobrak belenggu itu
Belenggu akan keraguanku kepadamu
Sirna semua jelaga yang menghitamkan asa
Pendar kasihmu menuntunku melangkah
Dalam kebahagiaan engkau dan aku

Hilanglah sedih yang menggangu
Lenyaplah derita yang mengintai
Aku ingin bahagia dengannya
Menguntai ribuan serak bernama cinta
Menamatkan perasaan akan dilema

Cinta……
Kusambut kau dengan euporia embun pagi
Menyegarkan dan mendamaikan
Memberikan nafas baru pada raga yang kerontang
Meniupkan ruh kasih sayang
Hanya untukmu

Kini hingga nanti
Aku akan setia di sampingmu
Menunggu ajal menjemput sukma
Aku tak takut lagi
Aku tak lagi berlari
Aku hanya akan berpegangan padamu
Seseorang yang kutitipkan hati ini

Sayangku….
Aku mencintaimu!

Antara Aku dan Kamu

Pernahkah kau merasakan
Meneguk Indahnya malam
Mendekap fajar kan menjelang
Ketika mega dan bulan yang terang
Bersentuhan seolah tak terpisahkan

Bersemi kasih malam ini
Kutumpahkan semua rasa
Antara kau dan aku
Kubakar rinduku
Kuhabiskan waktuku
Untuk bersamamu
Antara kau dan aku

Punah segala keraguan di hati
Apa yang telah terjadi kini
Menghapus bayangan dan mimpi
Seperti semua orang kan alami
Pertama kali hanyut di dalam cinta insani

Malam ini telah kurasakan
Kuterbawa seolah tak terlupakan
Mungkin malam ini kan menjelma terang
Terangi kita berdua
Di dalam bayang

Aku tak ingin bermimpi
Dan hilang segala keraguan di dalam diri
Bersama kita jelang datangnya pagi
Takkan terpisahkan lagi
Antara kau dan aku

Resolusi 2009

Gue mau ikutan latah ah sama semua orang yang tiap tahun baru selalu bikin resolusi. Semacam rencana yang berharap bisa diwujudkan satu tahun ke depan. Tiap tahun gue selalu bikin resolusi tapi biasanya paling cuman 50% doank yang terealisasi. Selebihnya menguap begitu aja.

Nggak berasa udah tahun 2009 aja, harus mulai kerja keras dan lebih bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup (perasaan tiap awal tahun gue selalu ngomong gitu!). Inget umur kalau nyokap gue bilang. Ya, ya mudah-mudahan tahun ini semua keinginan bisa terealisasikan. Amien.

RESOLUSI 2009
1. Lebih rajin ibadah
Tiap tahun ini selalu jadi resolusi gue, meski tahun ini baru gue jadiin nomer 1. Biasanya nomor kesekian dan selalu dapet komplain dari temen-temen karena urutannya itu. Ibadah ini termasuk lebih giat belajar ilmu agamanya, biar nggak cuman menggugurkan kewajibannya aja tapi lebih dapet esensinya.
2. S3
Dari semenjak lulus S2 tahun 2006 tiap awal tahun resolusinya selalu bisa continue my study, tapi belom kesampaian mulu. Mudah-mudahan tahun ini bisa terlaksana juga nerusin sekolahnya. Amien.
3.Punya pacar dan serius
Pasti banyak yang ketawa ngakak baca resolusi yang ini. Tenang-tenang, sedang berusaha kok!
4.K-U-R-U-S
Pokoknya tahun ini harus kurus. Bring back my 60’s weight. Nggak usah ngarep bisa dibawah 60. Nampak nggak mungkin. Dulu aja waktu 60 nggak bisa turun lagi dan banyak yang protes, katanya kekurusan. Igh, sirik. Hehehe.
5.Hidup Sederhana (irit)
Inget, gaji mulai bulan februari udah nggak seberapa. Berarti harus pinter mengatur keuangan. Nabung, bayar kartu kredit (hiks), bayar prudential, bayar kosan, makan, bayar gym (baru rencana mo ngegym). Semuanya harus dipertimbangkan. Agh…..tidakkkkkkk!
6.Jadi peneliti yang baik dan benar
Hidup sekarang lebih terarah. Jadi peneliti mungkin udah jadi jalan hidup makanya harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Nggak boleh lagi ada keinginan untuk gantung jas lab
7.Punya pacar
Kok diulang? Jangan protes ah. Kan biar afdol. Siapa tau dengan ditulis berulang bisa lebih cepet kejadian. Hihihihi. Amien.

Selamat datang tahun 2009. Semoga resolusi yang sudah dicanangkan bisa kesampaian dan kejadian. Ya Allah, dengarkan doa hamba. Semoga Engkau senantiasa menanungi jalan hamba dan meridhoinya. Amien.


Yuda : Happy-New-Year-Everyone!