Halaman

Jumat, 18 Januari 2013

Orang Ketiga


Mengapa harus ada dia diantara kita?

Tidak cukupkah hanya ada aku, kamu dan cinta?

Dia senantiasa membayangi. Mengikatku pada sebuah pilar ketakutan akan perasaan kehilangan. Kehilangan seseorang yang baru saja bisa kuandalkan. Seseorang yang menginisiasi janji untuk membawa hati ini berlari. Membebaskan dari kesendirian yang mengkarat saking lamanya terbengkalai tak termiliki.

Mengapa harus ada dia diantara kita?

Lagi-lagi mungkin aku terbutakan. Terbuai oleh khayalan yang mengembara liar tak tentu arah dan tujuan. Awalnya aku menikmati, mempercayai bahwa jalan yang kita awali akan menemukan sebuah tepi. Pemberhentian yang bisa membuatku merasa sedikit lega. Membuatku bernapas seperti sediakala. Tidak perlu terengah-engah karena dipaksa berlari kemudian sembunyi. Tidak perlu didera perasaan takut teramati.

Aku mencintaimu. Sejak dulu. Karenanya aku bersedia mendampingi semua proses pendewasaan yang kita berdua rintis dari semula. Aku menyayangimu. Mungkin tak tertandingi. Karenanya aku bersedia menawarkan hati untuk dijadikan pijakan bagimu berlari. Menuju apa yang kamu sebut mimpi. Aku memujamu. Tanpa perlu imbalan. Oleh sebab itu aku rela didera berbagai perasaan yang berkecamuk seperti daratan tak bertuan. Kerontang.

Sedari awal aku sudah mengunyah banyak konsekuensi menyakitkan. Dari permulaan aku sudah dihadapkan pada kenyataan yang seringkali membuatku menangis sendirian. Tapi aku bertahan. Aku percaya bahwa kamu bisa menyelesaikan semua masalah seperti yang aku harapkan. Aku tetap berdiri karena aku memiliki keyakinan kamu akan bisa memutuskan. Tidak lagi gamang untuk memilih jalan yang akan diambil kemudian. Tidak lagi ragu untuk berseru dan berlari ke arahku.

Aku salah. Lagi-lagi aku keliru. Kamu tidak berlaku seperti apa yang sering kamu utarakan. Kamu terlanjur diayunambingkan kenyamanan dari kondisi yang justru bagiku tidak pernah menguntungkan. Kamu terninabobokan keadaan memiliki 2 cinta yang mungkin kadarnya sama besar. Kamu berkelit dengan banyak alasan yang butuh banyak pemakluman.

Tidak cukupkah hanya ada aku, kamu dan cinta sehingga masih butuh dia? Sebegitu berharganyakah dia sehingga masih harus tetap dipertahankan? Atau sebegitu bodohkanhnya aku sehingga tetap saja diliciki dengan janji-janji semanis aromanis. Aku sudah banyak menelan kepahitan. Bukan kebahagiaan seperti yang sering kamu dengungkan. Aku sudah dipaksa berjalan di padang berduri, padahal dulu kamu bilang aku tinggal duduk nyaman di atas permadani. Aku mulai bosan. Aku mulai mempertanyakan.

Mengapa harus ada dia diantara kita? Sedemikian perlukahnya dihadirkan pemeran tambahan yang akan meramaikan? Atau justru aku yang sebetulnya menjadi sosok cameo? Sosok yang tampil hilir mudik dengan bayaran tak sepadan. Sosok yang tidak perlu diperhitungkan hanya karena alasan mengambil peran kecil yang tidak penting.

Kini aku berdiri di batas keyakinan. Kalau kamu tidak lantas memutuskan maka biarkan aku yang memberikan kemudahan dengan memberimu jalan untuk pulang. Sedari awal yang kita jalani mungkin tidak benar. Karenanya biarkan aku yang menyerah. Kembali meletakan mimpi yang sempat tergelembungkan.

Lepaskan aku dan berlarilah kepadanya. Dia pasti sosok yang mencintaimu tanpa cela. Sosok yang mungkin tidak pernah mengetahui kalau selama ini ada aku. Orang ketiga yang hadir diantara kamu, dia dan cinta.

1 komentar:

Meykke Santoso mengatakan...

wah, keren banget kata katanya. dan mungkin jalan terbaik untukmu adalah akhiri dan berbalik arah saja. toh bila memang dia mencintaimu, sudah dari dulu dia memlilih jalan untuk berlari ke hatimu, bukan untuk berusaha memiliki dua hati. hmm...