Halaman

Jumat, 17 Juni 2011

(Lagi-Lagi) Tentang Hati

Jikalau aku memilih egois, tentu sudah kusuruh kamu pulang ke Indonesia sejak dulu. Atau mungkin justru tidak akan aku biarkan kamu pergi hanya untuk sekedar menunjukkan bahwa kamu bisa. Aku mengenal kamu lebih dari cukup kalau hanya untuk sekedar sampai pada satu kesimpulan bahwa kamu tidak akan bertahan lama. Aku tahu siapa kamu, orang seperti apa dirimu.

Bukan aku menyepelekan usahamu untuk membuktikan bahwa kamu sudah beranjak dewasa, sudah mampu memutuskan apa yang sekiranya bisa dijalani dan mana yang tidak. Aku mengerti bahwa cepat atau lambat, proses itu akan segera menghampirimu. Mengajakmu berpetualang dalam rimba yang penuh dengan tantangan yang harus dipecahkan. Tapi sering kali kamu tidak tahu apa yang sebenarnya kamu mau. Kamu hanya mengikuti egomu tanpa berpikir panjang tentang ini dan itu di akhir sebuah keputusan.

Aku menghargai keputusanmu, bahkan aku mendukungmu seperti biasanya. Aku tidak ingin bersikap egois, menghambatmu menjadi dewasa dengan caramu sendiri. Kenapa? Karena waktu terus berpacu seiring dengan uban yang mungkin tumbuh di kepalamu. Dan kamu memang harus menjalani semua itu, makanya waktu dulu dengan berat hati aku menyetujui keputusanmu untuk hengkang dari Indonesia. Sekedar untuk melihatmu tumbuh seperti yang mungkin kamu mau.

Cinta tidak boleh menjadikanku egois. Cinta tidak boleh menghambat seseorang yang aku sayangi tertambat pada titik yang sama yang justru akan membuatnya tidak bergerak kemana-mana. Cinta itu membebaskan, menggenggam tanpa cengkraman. Karenanya kamu bebas untuk bergerak semaumu, mengikuti alur yang sudah sebelumnya kamu cipta dalam ruang imajimu. Alur yang akan mengantarkanmu pada ujung yang pastinya kamu mau.

Cinta tidak boleh menjadikanku egois. Karenanya aku mengiyakan ketika kamu justru meminta aku menamatkan rasa itu sesaat sebelum kepergianmu. Cinta yang aku punya tidak boleh memberatkan langkahmu, membebani kakimu dengan sesuatu yang mungkin tidak perlu. Sudahlah, mengikhlaskan kamu untuk berlalu mungkin bentuk pengorbanan yang tidak harus dipermasalahkan. Aku dulu mencintaimu dan mau berkorban demi sesuatu yang kamu pikir akan lebih baik, dan aku bangga pernah melakukan itu.

Meskipun waktu sudah jauh berderap dari waktu itu, tapi lihat aku tidak berubah. Aku masih tetap sama seperti dulu, saat pertama kali kita bertemu di kantin kampusku. Kampus kita. Tidak banyak yang berubah, meskipun beberapa hati pernah singgah tapi masih kusediakan sedikit ruang untuk hatimu yang sekeras batu. Aku tahu dibalik semua kekukuhan yang kamu pelihara, kamu akan tetap kembali padaku seperti biasanya. Dan aku tetap menunggu.

Panggil aku bodoh karena menghabiskan waktu hanya untuk menunggu dan menunggu. Entah jampi-jampi apa yang kamu pernah ucapkan diatas namaku dulu sehingga aku sulit sekali berpaling darimu. Setia sampai saat ini memelihara rasa yang sebetulnya aku juga tidak tahu entah untuk apa. Disadari atau tidak kamu seperti memanfaatkan semua keadaan ini, menuai rasa nyaman tanpa ingin berkomitmen lagi seperti dulu. Dan bodohnya lagi, aku masih saja mau.

Ajarkan aku menjadi egois dan berani memintamu kembali ke Indonesia walau untuk alasan yang ambigu. Biarkan aku menyayangimu dengan caraku sendiri yang mungkin tidak bisa dimengerti. Jangan pertanyakan sebanyak apa cinta yang aku punya, cukup kau pegang pergelangan tanganku. Cari detak nadi dan hitung denyutannya. Sebanyak itu aku mencintaimu. Dulu, kini hingga mungkin nanti. Pasti.

6 komentar:

Gloria Putri mengatakan...

I am melting mas

o..ow....keren tulisannya......huhuhu....

betewe cari yg lain lagi aja atuh masss....cewe kan masihhh banyakk, gak cuma dia doang, ya kan?
#sok_tau

hehehhee
have a nice day mas Apis :D

putu friendlybaliboy mengatakan...

mas apis, terharu banget baca postingannya beberapa hari terakhir ini . Jadi ikut sedih, rasanya pengen meluk mas apis dan bilang "you're gonna be just fine" . Semangat ya mas sy jg mirip, sedang "menunggu"

Putu

Anonim mengatakan...

Kalau bicara tentang hati, tak ada yang bisa mengerti selain kita sendiri.

Cumbui hatimu, Pis.

Yakinkan dirimu bahwa hatimu tak berdusta pada keinginanmu sendiri.

Ligx mengatakan...

It's a wise story baby,

:*

Enno mengatakan...

aw! tidaaaak!!! aku suka paragraf terakhirnyaaa....!!!

*meleleh*

;)

Apisindica mengatakan...

@gloria: berharap banyak yang kayak dia. hehehe

Makasih yah Glo, have a nice day juga. panggil Apis ajaaaaa.... (without Mas)

@putu: peluk putu balik!! Panggil APis aja yah.... (nggak usah mas-mas-an segala) :P

eh sama-sama menunggu juga? yang semangat yaaah!

@mas arik: suka sama kalimat, mencumbui hati. Makasih yah Mas...

@LigX : heh kamu apa kabar? kangen taoooo....

@mbak enno: Silahkan dikopi... :))