Halaman

Kamis, 30 Juni 2011

Disambangi dalam Mimpi

Semalam aku bermimpi dia datang ke tempatku. Wajahnya bersih, bersahabat dan tanpa pandangan penuh selidik. Matanya hanya menyapu sekilas keseluruhan tubuhku, dan diakhiri dengan senyuman manis. Tak ada kesan menghakimi.

Ketika dalam mimpi itu dia datang, dia tak bersuara, tapi dari matanya aku bisa tahu banyak kata yang tercipta. Kebisuannya justru mengigilkan tubuhku, menggulungku dalam perasaan bersalah yang teramat sangat. Aku beringsut mencari pojokan untuk berlindung. Bibirnya yang tak berujar sepatah katapun justru menenggelamkanku dalam perasaan berdosa.

Aku duduk berhadapan dengan dia dalam dimensi yang sulit dimengerti. Kita tidak saling berbicara, tapi hati saling berujar. Hatiku yang berujar banyak tepatnya. Dia hanya menatapku, lagi-lagi tanpa ada kesan menghakimi.

Aku berdosa pada dia, hatiku berisyarat. Aku telah mengambil banyak kesempatan ketika dia sedang tidak berada di sana. Aku menikmati setiap momen yang tercipta, menyelesupkannya dalam kompartemen hatiku. Aku bermaksud untuk memiliki semua momen itu padahal justru dia yang paling berhak untuk mendapatkan semuanya. Aku mencoba curang dengan menganggap dia tidak ada, padahal jelas-jelas dia ada disana. Mungkin tidak mengamati, tapi instingnya aku yakin bisa merabanya. Makanya dia datang dalam mimpiku malam tadi.

Aku berulang kali minta maaf dalam mimpi tadi malam, tapi dia hanya meresponnya dengan senyuman. Senyuman yang aku sendiri tidak bisa mengerti apa artinya. Aku hanya melihat sebuah telaga ketidakrelaan disana, tidak rela karena aku berusaha merenggut kebahagiaannya. Matanya kemudian mengirimkan banyak isyarat melalui perantaraan udara, memintaku untuk mengerti posisi dia. Aku kemudian dipaksa bergulat dengan logika hati dan rasa, sehingga aku terengah-engah sebelum akhirnya berdiri pada satu keputusan.

Dengan tatapan tanpa menghakimi, tanpa selidik justru membuatku tak berdaya. Hatiku luluh lantak kemudian otak dengan kesadaran yang masih sedikit tersisa memerintahkanku untuk mulai mengemasi hati kecil perakku yang tak terasa sudah lebur. Beranjak untuk memberi kesempatan kepada dia bahagia dengan apa yang sesungguhnya sudah dia miliki dari awal. Aku hanya berusaha merebut kebahagiaan itu. Makanya meskipun tanpa kata, aku tahu dia hanya meminta sesuatu yang menjadi miliknya. Dan memang sudah saatnya aku mengembalikan semuanya. Mengembalikan kebahagiaannya.

Iya semalam aku bermimpi tentang dia. Kekasih resmi dari orang yang aku cintai.

5 komentar:

Gloria Putri mengatakan...

kekasih resmi dari orang yang aku cintai?

hoooo, keren mimpi bs jd cerita bagus gt, aq bacanya nahan napas
:)
uda sembuh kan demamnya?

Enno mengatakan...

maka bertobatlah wahai manusia!

hehehe... becandaaaa...
ieu pasti gara2 tersungging posting abdi nya, kang apis?

adeuuuh....

cepet sembuh ya, org penting! *penting utk disuruh2 tea*

:P

Anonim mengatakan...

Usai bermimpi tentang kekasih, pasti menimbulkan luka di jiwa. Kecewa dan merana.

Yukkk ... call dia aja langsung :)

Gloria Putri mengatakan...

kang apis :)
sudah sembuh?
ada hadiah nih buat kamu
:) semoga cepat sembuh ya

http://gloriaputri.blogspot.com/2011/07/berbagi-kebahagiaan.html

Apisindica mengatakan...

@glo: kalo gw sih harus mimpi dulu, baru bisa nulis. hehehe. Eh makasih yah awardnya. gw udah baikan kok... thanks

@enno: iyaaaah, kamu harus tanggung jawab!!! kembalikan dia padakuuuuuu #apasih

@mas arik: nggak ah, kalo nelpon dia langsung ntar dia gede kepala. maleees :P