Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Bercermin

Tadi pagi secara selintas saya mendengar ceramah subuh di salah satu televisi, dan diakhir ceramahnya si penceramah menyimpulkan bahwa ada tiga hal yang harus disegerakan ketika waktunya telah tiba. Pertama, segerakan sholat ketika adzan telah berkumandang. Kedua, segerakan membayar hutang ketika kita sudah ada rezekinya. Dan ketiga, segerakan menikah ketika kita sudah bertemu jodohnya.

Saya seperti biasa kemudian menganalisis versi saya. Menimpali dalam hati sesuka saya, tapi mau tidak mau saya seperti diajak berkaca di cermin buram yang saya punya. Cermin yang selalu saya bawa kemana-mana untuk sekedar mematut diri. Melihat bayangan yang terbentuk ketika saya butuh untuk melihat seperti apa saya sebenarnya.

Kenapa saya senang mematut diri di cermin? Dan kenapa harus buram? Saya senang bercermin di cermin saya sendiri karena cermin tidak pernah berbohong. Bayangan yang terbentuk murni bayangan saya ketika itu, dan cermin tidak pernah menghakimi. Dia tidak pernah protes mengenai penampakan saya, atau topeng yang sedang saya pakai. Dia jujur. Kalau masalah buram, karena sering kali saya hidup dalam kebenaran menurut saya dan bukan menurut Tuhan.

Kembali ke kesimpulan penceramah tadi pagi. Menyegerakan sholat, menyegerakan membayar hutang dan menyegerakan menikah. Masalah sholat, saya sedang membenahi diri setiap hari. Berusaha menjalankan shalat dengan teratur tanpa meninggalkannya. Mungkin masih sekedar prosesi, rutinitas yang sudah menjadi bagian hidup tapi setidaknya itu adalah bentuk penghambaan saya terhadap Tuhan. Soal menyegerakan waktu pelaksanaannya, saya masih harus terus belajar. Seringnya saya tidak segera melaksanakannya ketika waktunya sudah tiba, ada saja alasan untuk mengulur-ulurnya.

Perkara membayar hutang, selama saya tidak kelupaan saya selalu membayar tepat waktu. Buktinya saya tidak pernah didenda bank penyedia kartu kredit saya. Saya mahir memberi pinjaman hutang tapi tidak mahir dalam proses penagihannya. Sudah beberapa pihak yang sampai sekarang tidak lantas mengembalikan pinjamannya. Dulu waktu memberi pinjam, saya jatuh kasihan, tapi setelah dipinjamkan mereka tidak jatuh kasihan terhadap saya yang harus menagih. Proses menagih kewajiban saya, tapi masalah mereka tidak mau mengembalikan pinjamannya itu urusan mereka. Mungkin mereka belum ada rezeki, makanya tidak lantas menyegerakan membayar hutang. Saya doakan semoga mereka dilimpahi banyak rezeki dan ingat akan hutangnya.

Ini yang paling spektakuler, yang paling banyak menyita analisis saya tadi pagi. Menyegerakan menikah ketika sudah ada jodohnya. Saya bercermin kemudia saya menyimpulkan versi saya, saya belum menikah atau mengulur-ngulur menikah bukan karena apa-apa tapi lebih karena belum ketemu jodohnya. Saya malah balik bertanya, apa sih rasanya ketemu jodoh? Bagaimana bisa timbul keyakinan dalam hati bahwa dia adalah jodoh saya? Seseorang yang akan menemani saya sampai mati. Saya belum sampai pada tahapan itu, itulah kenapa saya belum menikah sampai umur saya yang sekarang. Masih muda juga ( i wish).

Seorang teman menanggapi ketika masalah ini saya share di twitter. Katanya jodoh saya pasti ada, hanya saja belum sampai karena dia pakai angkot dan seperti kebanyakan angkot, sering ngetem. Jadi sampainya pasti lama. Saya mengamini dan turut meyakini kalau jodoh saya memang pasti ada. Kalau masalah disuruh menunggu, stok sabar saya masih banyak jadi tidak masalah kalau masih disuruh menunggu.

Selesai bercermin, saya kemudian bergumam sendiri “Saya tidak sabar menunggu hari pernikahan saya sendiri, ingin tahu jodoh seperti apa yang sudah dikirim Tuhan untuk saya sampai sebegini lama”

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Eeeeeaaaa..
Like I said, jodoh dan rezeki itu tidak untuk ditunggu, melainkan untuk dijemput.. Hehehe..

Gloria Putri mengatakan...

wooo....ayo bang apis (gak mau pake mas skrng bang, xixixi)....banyak2in bergaul, banyak2in temen dan link nanti kan ketemu :)

semangat yaaaaa

Enno mengatakan...

hihihi...
mungkin ya yud, klo sholatnya udah bisa sll tepat waktu tah si jodoh teh bakal datang....

btw Gloria... Apis mah harus dipanggil 'Kang', tau!
heuheuheu...

cheers ah! :P

Rona Nauli mengatakan...

postingnya tentang cermin juga ya :)...salam kenal :)

Gloria Putri mengatakan...

okelah....'kang' apiss....begitu? hehehhee

Anonim mengatakan...

Soal Iman, terutama sholat memang harus ditegakkan. Gue sendiri masih banyak bolong-2nya.

Tapi soal nikah, lain lagi.

Selain takdir dari atas, gue pikir itu tergantung dari kita sendiri. Memang 'niat' melaksanakannya atau tidak.

kalau ingin saja, tapi tidak niat-2, pasti tak bakal terjadi.

Apisindica mengatakan...

@anonim (which i know who) : Ini juga udah mau jemput di Bandara, udah bawa kertas bertuliskan "siapa aja deh" hahahaha

@Gloria: temen udah banyak, link udah banyak, cuman si jodoh masih seneng sembunyi. :)

@mbak enno: iya mungkin harus sholat lebih rajin dan tepat waktu dulu kali yah, biar dipercaya jadi imam yang baik. Amiiiiiin

@rona: iya tentang cermin juga. Salam kenal balik yaaah!

@mas arik: kurang niat apa coba gw. hahaha. Makasih yah mas sharingnya...