Halaman

Selasa, 18 Januari 2011

Ditelikung Malam

Seandainya kamu tidak menyelinap diam diam malam tadi, semua ini tidak akan terjadi. Kehadiranmu yang justru menunggang sunyi telah meninggalkan sebuah jejak yang sampai kini tidak aku mengerti. Mengurai sebuah tema yang sesungguhnya tidak ingin aku reka, menggagas cerita yang sama sekali tidak mau aku retas.

Untuk apa kamu menyelinap diam diam malam tadi?

Dalam diam kamu justru mengoyak perasaan tanpa aku bisa meronta. Aku seakan dipaksa menyaksikan sekian reka adegan yang sama sekali tidak ingin aku pandang. Tapi kamu memaksa, menjejalkan semua pesan perantaraan diam ke dalam labirin perasaan. Bahkan ketika aku sekuat tenaga memejamkan mata. Berontak tidak membuatmu menyerah, kamu justru lebih beringas memasukan segala sesuatu pada ranah ingatan.

Aku tidak pernah mengganggumu, mengusik keberadaanmupun tidak. Jadi untuk apa kamu menggangguku? Menyelinap diam-diam kemudian meninggalkan perasaan yang sebetulnya aku ingin lupa. Ibarat ombak yang mengoyak bibir pantai, kamu datang tanpa bisa dibendung. Beralasan mengikuti takdir yang tidak bisa dihindari. Datang kemudian mengendapkan ketidakpastian asa. Menanarkan langkah yang seharusnya ringan untuk digerakan.

Aku membencimu. Bukan karena kedatanganmu yang memang tidak bisa aku hindari. Aku membencimu karena kamu datang menunggang sunyi, menyelinap dalam diam kala aku belum mempersiapkan diri. Semua terjadi begitu cepat, belum sempat aku menggugat kamu sudah beranjak. Meninggalkan semua tanda tanya besar yang terkungkung rekam imajinasi. Ketidakpastian yang membuatku terombang-ambing dalam lautan pencarian sebuah jawaban.

Untuk apa kamu menyelinap diam diam malam tadi?

Ketika aku tidak banyak bereaksi, bukan berarti aku mengijinkanmu untuk bertandang. Ketika aku terbelenggu jarak, bukan alasan bagimu untuk datang diam-diam menunggang bisu. Tanpa kata kamu justru menjejalkan banyak makna. Tanpa suara kamu justru menyelusupkan banyak selaksa. Entah apa maksudmu, karena di akhir keberadaanmu malam tadi aku belum juga bisa mengurai satu-satu kemungkinan alasan yang kamu ingin sampaikan.

Aku hanya bingung. Bagaimana kamu bisa menyelinap malam tadi. Bukankan semua pintu dan jendela sudah aku tutup rapat? Mungkinkah kamu masuk melalui lubang angin yang memang aku biarkan terbuka kemudian masuk kedalam selimutku? Tapi untuk apa? Bukankah urusan diantara kita sudah selesai jauh-jauh hari. Tidak ada lagi yang perlu digagas. Tidak perlu lagi sebuah penjelasan. Semua sudah usai, seiring air hujan yang terlindi menuju saluran. Mengikuti khitoh yang tidak bisa dipertanyakan.

Aku menggugatmu bukan karena persoalan dulu. Aku hanya membencimu yang datang dengan cara menyelinap diam-diam malam tadi. Menunggang mimpi.

2 komentar:

BaS mengatakan...

Errr.....ga ngerti!

Apisindica mengatakan...

@BaS: kalo nggak ngerti angkat tangan dooonk!!! :)