Halaman

Selasa, 10 Agustus 2010

Maaf

Mulut saya satu, tapi seringnya tidak lebih baik dari comberan. Banyak kata yang tidak pantas keluar dari sana baik itu berupa cacian ataupun umpatan. Mungkin ada yang tidak saya sadari tapi tidak sedikit juga yang justru dengan sadar saya ucapkan. Semuanya seringkali menyakitkan, paling tidak menimbulkan luka di hati orang lain.

Katanya saya well-educated. Kalau dirunut sudah sekian banyak jenjang pendidikan formal maupun informal yang saya jalani. Seharusnya semakin banyak ilmu yang saya peroleh, semakin pandai juga saya bersikap terhadap orang lain. Tapi kembali seringkali saya justru bertindak seperti orang yang tidak berpendidikan. Berlaku tanpa memikirkan perasaan orang lain karena saya hanya ingin tujuan saya tercapai. Tidak peduli kalau itu ternyata menyakiti banyak orang di sekitar saya.

Saya sedari kecil diajarkan untuk tidak mendendam. Belajar memaafkan kemudian melupakan. Ternyata saya gagal mempraktekannya, saya bisa memaafkan tapi saya tidak jarang sukar untuk melupakan. Karena saya tidak bisa melupakan jatuhnya saya mendendam. Berpikiran bagaimana membuat orang yang pernah menyakiti saya merasakan apa yang pernah saya rasakan. Terlihat sangat kekanak-kanakan memang, tapi itulah realita.

Manusiawi. Itu yang sering saya jadikan alasan sebagai pijak pembenaran atas apa yang saya lakukan. Manusia tempatnya salah, dan saya manusia sehingga silogismenya adalah saya tempatnya salah dan itu manusiawi. Saya bukan malaikat yang selalu bertindak benar, saya bukan nabi yang tindak tanduknya dijaga Tuhan dari perbuatan salah. Saya mengagung-agungkan prinsip itu untuk menutupi segala kesalahan saya, padahal jauh di lubuk hati, saya tahu saya memang salah.

Apa saya bangga dengan segala kesalahan dan kekhilafan yang selalu saya lakukan? Tidak, karena saya juga sadar kalau semua itu tidak benar dan tidak sesuai dengan ajaran agama yang saya yakini. Semua agama mengajarkan kebenaran, sehingga ketika kita melakukan suatu kesalahan kita juga diajarkan untuk meminta maaf.

Ramadhan sudah berdiri diambang pintu, tinggal selangkah lagi untuk masuk dan mewarnai hari-hari saya satu bulan kedepan. Saya ingin bersuka cita menyambutnya dengan hati yang bersih. Karenanya, pada momentum yang tepat ini ijinkan saya untuk meminta maaf lahir dan batin kepada orang-orang di sekitar saya atas segala perbuatan, perkataan ataupun lintasan hati yang tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya.

Tolong saya juga didoakan agar bisa konsisten menjalankan ibadah dan pada akhirnya saya akan keluar sebagai pemenang. Sosok yang saya harapkan bisa jauh lebih baik dari saya yang sekarang baik itu dalam konteks hubungan saya dengan Tuhan maupun hubungan saya dengan sesama manusia.

Saya berdoa mudah-mudahan saya tidak lagi menjadi pribadi yang selalu menyakiti orang-orang yang kebetulan berinteraksi dengan saya. Amin.

MARHABAN YA RAMADHAN. SELAMAT DATANG RAMADHAN 1431 H.

4 komentar:

Farrel Fortunatus mengatakan...

selamat menjalankan ibadah puasa ya apis. semoga berkah ramadhan melimpah buat kamu dan setiap orang yang menjalankan ibadah puasa.

Apisindica mengatakan...

@farrel: mkasih yah!! amiiin untuk doanya!

Linda Tan mengatakan...

Met menjalankan ibadah puasa Apis

Apisindica mengatakan...

@Linda: makasih yah lin!