Sayapun demikian. Hanya tahu mengenai keberadaan kepulauan
Derawan dari berbagai majalah dan situs internet yang dikunjungi ketika
senggang atau ketika sedang mencari refernsi tempat wisata. Dan saya kemudian
menganga melihat keindahan yang ditampilkan kepulauan Derawan perantaraan
gambar-gambar yang dipasang di majalah maupun situs internet tersebut. Tidak
pernah terbayangkan akan mengunjunginya mengingat biaya yang harus dikeluarkan
untuk berwisata ke sana tidak murah. Lagi-lagi katanya.
Dan saya salah. Bulan Januari kemarin saya berempat bersama
teman geng jalan-jalan di kantor entah bagaimana awalnya tiba-tiba sudah
memiliki tiket penerbangan ke sana lengkap dengan voucher hotelnya. Sebetulnya
dari dulu kami merencanakan untuk pergi ke sana, tapi karena masalah biaya kami
lebih sering mengeliminasi kemungkinannya untuk direalisasi. Sampai akhir tahun
kemarin ketika kami berempat mendapatkan rezeki lebih dan kemudian memutuskan
untuk merealisasi mimpi. Mendatangi Kepulauan Derawan.
Kepulauan derawan berada di Provinsi Kalimantan Timur,
tepatnya masuk ke Kabupaten Berau. Untuk menuju ke kepulaun ini dari Jakarta
ada dua alternatif dan dua-duanya harus ditempuh dengan dua penerbangan.
Alternatif pertama rutenya adalah Jakarta – Balikpapan – Berau, dan yang kedua
Jakarta – Balikpapan – Tarakan. Kami memilih alternatif yang pertama karena
waktu yang dibutuhkan untuk menyebrang sampai ke Pulau Derawan lebih singkat
dibandingkan alternatif kedua yang membutuhkan waktu menyebrang hampir 3 jam
dari Tarakan.
Pergi dengan budget perjalanan yang tidak terlalu besar, kami
berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat Lion Air jam 6 pagi dan disambung
dengan pesawat Batavia Air pada jam 11 siang waktu setempat. Ketika tulisan ini
dibuat maskapai Batavia Air sudah dipailitkan, entah diganti oleh maskapai apa
kalau sekarang kita ingin menuju Berau. Sampai di Berau, kami sudah ditunggu
oleh mobil carteran yang akan mengantarkan kami ke pelabuhan untuk menyebrang
ke Pulau Derawan. Dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan darat untuk
menuju Tanjung Batu, pelabuhan tempat banyak speed boat yang bisa mengantarkan
wisatawan menuju Derawan.
Kondisi laut saat kami menyebrang sedang tidak terlalu
bagus. Gelombang tinggi membuat boat yang kami naiki melompat-lompat, apalagi boat kami adalah boat ukuran kecil yang hanya cukup diisi oleh maksimal 5 orang termasuk pengemudi. Doa tidak
lepas keluar dari mulut kami berempat karena sejauh mata memandang yang
terlihat hanya laut dan gelombang. Saking tingginya gelombang yang ada, baju
saya sampai kuyup berulang kali tersiram oleh gelombang yang tingginya melebihi
boat yang kami naiki. Kebetulan saya mengambil tempat duduk di bagian depan di
sebelah pengemudi boat yang nampak sudah terbiasa.
Waktu tempuh Tanjung Batu – Derawan hanya 30 menit dengan
catatan kondisi laut sedang cerah dan tidak ada gelombang. Jadi bisa
dibayangkan kalau kemarin itu kami memakan waktu tempuh yang jauh lebih lama
dari waktu yang sewajarnya. Cottage kami serupa rumah kayu yang langsung berada
di atas laut jadi speed boat yang kami naiki langsung berhenti tepat di bagain
depan cottage. Di Pulau Derawan jangan khawatir mengenai tempat menginap,
berbagai jenis penginapan terdapat di sana. Mulai dari yang eksklusif sampai
yang murah meriah karena memanfaatkan rumah warga yang biasa disewakan.
Salah satu pintu gerbang menuju pulau Derawan
Berbagai jenis penginapan yang bisa dimanfaatkan selama tinggal di pulau Derawan
Untuk ukuran Pulau yang jauh dari mana-mana, Derawan sudah
cukup ramai. Perekonomian mulai bergerak seiring dengan banyaknya wisatawan
yang datang. Konsekuensi lainnya adalagi Derawan menjadi tidak sebersih apa
yang saya dan teman-teman bayangkan. Sampah sudah mulai banyak tercecer di
perairan dangkal sekitar pemukiman penduduk dan penginapan. Tapi di luar itu
panorama yang disuguhkan pulau derawan memang indah, tidak jauh dengan yang
ditampilkan oleh gambar di banyak brosur biro perjalanan.
Sebagai penggila senja, mata saya sungguh terpuaskan oleh
senja yang tergambar sempurna di horizon langit berbatas samudera. Lukisan Tuhan yang indah tanpa cacat.
Romantis.
Senja yang menggulung penghujung siang
Kolaborasi cantik langit, matahari dan lautan
Bagian pulau yang tidak membosankan untuk dieksplorasi
Lelah yang mengendap di hampir seluruh sendi badan, seketika
hilang karena bau laut yang segar dan pemandangan yang indah tak berkesudahan. Aktivitas yang tidak bosan saya lakukan berulang-ulang adalah berjalan di dermaga kayu, menikmati awal titian hingga ujung berupa akhiran. Perlahan-lahan.
Dermaga seolah jalan tak berujung
Dermaga lain yang tak kalah ciamik
Petualangan saya selama di Kepulauan Derawan masih panjang untuk diceritakan, mungkin akan saya ulas di postingan-postingan mendatang. Kalau waktu saya sedikit luang.
1 komentar:
Mauuuu :D
Posting Komentar