Halaman

Selasa, 18 Oktober 2011

Setahun Yang Lalu

Hari ini setahun yang lalu, dia menyeberangi lautan untuk mengikuti kata hatinya. Menemui seseorang yang mungkin telah memporak-porandakan dinding pertahanannya tentang sesuatu yang selama ini dia sangkal mati-matian. Dengan tuntunan kepercayaan, dia menantang dirinya sendiri untuk membuktikan bahwa rasa yang selama ini dia pendam tidaklah salah dan patut untuk diperjuangkan. Dengan percaya bermuatan setengah penuh akhirnya dia memutuskan datang.

Dia ternyata tidak salah prediksi. Tujuan yang semula dia lihat masih berbayang, lambat laun berbuah kejelasan. Seseorang itu melayani tangan yang dia ulurkan, bersedia menyemai benih yang sudah lama dorman dalam lubuk hatinya yang kerontang. Dia merasa tidak sia-sia sudah mempertaruhkan setengah hatinya untuk seseorang yang bisa dia ajak berjalan dalam temaram. Tidak peduli kalau cahaya yang hadir tidak seberapa, karena setidaknya ada seseorang yang bisa dia genggam tangannya untuk membantunya menemukan pintu ke arah terang.

Hari ini setahun yang lalu, dia mengambil langkah paling berani selama perjalanan karirnya. Meminta ijin paksa kepada atasannya untuk datang ke tanah jawa dengan alasan menyelesaikan masalah hati. Dia tidak peduli ketika sang atasan banyak mempertanyakan, memilih bungkam ketika banyak pertanyaan lanjutan. Karena buatnya itu tidak lagi penting ketika dia sudah dapat melihat jawaban yang semakin jelas di hadapan. Sebuah oase yang akan menuntaskan dahaganya tentang perasaan yang selama ini dia kerdilkan dalam pasungan. Perasaan yang membuatnya timbul tenggelam dalam koridor mempertanyakan.

Untuk pertama kalinya dia mengecap cinta yang tidak berwarna merah jambu tapi abu-abu. Mereguk apa yang orang bilang dengan asmara. Dia kemudian berkenalan dengan cemburu dan intrik ala sinema. Hidupnya menjadi berwarna penuh drama, apalagi seseorang yang dia genggam adalah pemuja prosa dengan peran yang sering kali tidak bisa diterka. Dan dia mau berdamai dengan semua itu entah untuk apa. Mungkinkah karena cinta? Atau hanya sekedar bertahan untuk meyakinkan bahwa ini adalah sesuatu yang selama ini dia cari dalam kegelapan? Tidak pernah ada jawaban.

Hari ini setahun yang lalu, dia dan seseorang itu berjalan beriringan. Mencoba saling meyakinkan diri sendiri bahwa jarak yang terbentang bukan lagi suatu halangan. Semua bisa dimanipulasi perantara suara yang bergetar melalui garputala berbayar pulsa. Mereka saling meyakinkan ditengah banyak keraguan karena sebetulnya mereka sadar benar bahwa jarak adalah suatu rintangan yang tidak pernah gampang. Bagaimanapun jarak tetaplah jarak, tidak bisa diakali. Jarak tetap menjadi sebuah barier bagi kepercayaan yang sedang diretas deras.

Hari ini, seseorang itu sedang mengenang. Mengurai lagi dalam diam cerita tentang dia yang pernah menyeberangi lautan hanya untuk menemuinya dan berucap cinta. Memang dia tidak ada lagi dalam genggaman karena dalam perjalanannya ternyata banyak yang tidak bisa dipersatukan. Banyak hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya muncul justru memberatkan, membuat rentang semakin jauh dirasakan. Cerita harus diakhiri dengan cara yang tidak semestinya, saling membenci bahkan hingga saat ini.

Hari ini, seseorang itu sedang mengenang. Melabeli dia dengan predikat salah satu kekasih terbaik yang pernah dikirimkan Tuhan untuk membuatnya merasa sempurna. Dia yang pernah memberinya kebahagiaan, dia yang pernah memberinya air mata, dia yang sampai sekarang masih menimbulkan keraguan apakah dia bersedia diberi kesempatan kedua?

Hari ini, seseorang itu mengenang bahwa setahun yang lalu dia pernah punya pacar.

2 komentar:

Manusia Bodoh mengatakan...

Ieu cerita tentang si "AnTam" nyak? *kepo*

Apisindica mengatakan...

@manusia bodoh: antam??? aneka tambun? aneka tanaman? hihihi