Halaman

Kamis, 27 Oktober 2011

Berkatmu

Berkatmu aku rela berbincang-bincang lama dengan Tuhan dalam doa.

Sebetulnya aku belum tahu kalau itu kamu. Terlalu banyak rambu malah membuatku bingung untuk menterjemahkan semua pertanda kemana harus melangkah. Karenanya aku lebih banyak diam berharap setidaknya ada kunang-kunang yang datang dan menunjukkan kemana jalan untuk pulang.

Berkatmu aku jadi lebih sering meraba hati.

Mengeliminir apa yang dianggap tidak lagi pantas untuk dipajang di dinding perjalanan dan menggantinya dengan hiasan sesuai umur yang terpampang. Bukan berarti aku merubah diri menjadi orang lain yang mungkin asing, karena itu tidak mungkin. Aku hanya sekedar memperbaiki riasan yang pastinya tidak lagi sesuai dengan jaman.

Berkatmu aku seringkali larut dengan malam beserta gerimis yang turun perlahan.

Berharap. Mendamba. Atau paling tidak melambungkan impian tentang masa depan yang masih belum jelas gambarannya. Tapi itu tidak menggoyahkan tekadku untuk terus mengerami mimpi yang masih dalam cangkangnya. Belum tahu akan menetas seperti apa tapi setidaknya pasti membawa kebaikan. Bukan sesumbar, hanya yakin karena kebaikan niscaya akan berbuah kebaikan.

Berkatmu aku ingin tetap menjadi aku.

Kalau itu benar-benar kamu, maka kamu pasti akan menerima aku apa adanya. Mencinta tanpa syarat, mengasihi tanpa pamrih. Sederhana tapi mengalir deras seperti air bah yang meluncur dari puncak gunung, dan aku akan berusaha menampungnya tanpa tumpah. Karena bila benar itu kamu, maka aku harus melakukan hal yang sama. Mencinta dengan sepenuh nyawa.

Berkatmu aku terus berjalan. Tidak peduli pada rintangan yang pasti banyak menghadang.

Berkatmu aku terus menguntai doa. Tidak takut Tuhan akan bosan mendengar pinta yang hanya berkisar seputaran itu melulu. Hanya kamu dan kamu.

Berkatmu aku beranjak dewasa.

Berkatmu aku belajar bersabar dan menunggu.

Berkatmu aku tidak bosan bertanya. Benarkah itu kamu? Jodohku?

4 komentar:

Rona Nauli mengatakan...

baca judulnya, kukira hantaran (nasi) berkat hehehe...*efek lapar lembur malam di kantor ga ada makanan

Apisindica mengatakan...

@rona: huahaha, kayak emak-emak pengajian deh ngomongin berkat (nasi kardus) :P

Tanto mengatakan...

Berkatmu aku bisa menulis puisi ini dengan indah.

Apisindica mengatakan...

@Tanto: puisi? puisi yang mana? :))