Halaman

Kamis, 05 Mei 2011

Melogikakan Hati

Mereka sedang duduk berdampingan, sesekali saling berpandangan dan salah satu dari mereka kemudian tersenyum. Saya melihat pancaran yang sama dari kedua mata mereka, saling mengirimkan pesan tanpa suara. Berpendar dalam area temaram yang diciptakan suasana malam. Seperti kembang api yang memercik perlahan tapi tetap indah menghiasai hitam sebagai layarnya.

Saya masih terpaku memandang apa yang tersaji dengan begitu jelas di hadapan. Tidak bisa bergerak seakan tersihir oleh keindahan yang terpampang tanpa riasan. Tanpa bermaksud merusak jalan cerita, saya mendekati mereka setelah berusaha menguatkan hati. Meyakinkan diri bahwa apa yang saya tengah lakukan adalah sesuatu yang benar. Hal yang tidak akan saya sesali kemudian.

Ketika saya hadir di hadapan mereka, salah satu dari mereka berdiri kemudian memeluk saya dengan erat seperti layaknya dua orang sahabat yang sudah lama tidak berjumpa. Saya tenggelam sesaat dalam pelukannya, sesaat yang ternyata menghasilkan getar sama seperti beberapa tahun lalu. Hati saya hangat. Hati saya seperti diganjar hujan setelah dilanda kemarau berkepanjangan. Saya merasa menemukan sesuatu yang pernah hilang. Sesuatu yang pernah saya relakan terlindi ke dalam saluran ketika badai datang memporakporandakan. Mengoyak impian.

Seakan tersadar, saya beringsut keluar dari dekapan. Melogikakan keadaan bahwa saya sebetulnya hanya terbuai angan yang pernah singgah. Saya kemudian tersenyum kepada seseorang yang sedari tadi memandangi ketika kami saling berlekatan, mengulurkan tangan kemudian mengucapkan nama saya sendiri. Dia menyambut uluran tangan saya dan menyebutkan namanya. Dari bibirnya senyum tidak pernah lepas tersungging, dan hati saya tidak pernah lepas membatin. Betapa beruntungnya dia.

Bertiga kemudian kami terlingkarkan dalam obrolan yang tidak jelas juntrungannya. Mereka seakan lebih sering saling melempar senyum, dan saya lebih banyak diam. Meraba hati saya sendiri mungkin tepatnya. Sesekali mereka saling menggenggam tanpa ada rasa canggung, sementara saya seperti dipaksa melihat tontonan yang sebetulnya saya tidak suka. Entah kenapa tiba-tiba saya merasa cemburu padahal dari awal saya tahu benar kalau saya di luar irisan. Saya sudah meyakinkan dari awal bahwa ini hanya sebuah kegiatan memenuhi undangan tanpa ada bumbu perasaan. Saya sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk yang terburuk sekalipun.

Tapi saya salah, lagi-lagi saya salah. Bagaimanapun saya tidak bisa mendustai nurani, saya gagal melogikakan perasaan. Saya gagal memagari hati untuk tidak keluar dari batasan yang sudah saya tentukan. Hati dengan caranya sendiri bertamasya hilir mudik dalam lintasan yang dulu pernah saling menghubungkan, melindas bekas luka yang saya pikir telah sembuh benar. Dari bekas luka itu ternyata masih mengeluarkan aroma cemburu, menguak kisah masa lalu yang sebetulnya sudah benar-benar usai. Tanpa ada lagi urusan yang belum genap terselesaikan.

Beberapa hari yang lalu saya menulis di account twitter pribadi saya : “Apa yang akan kamu lakukan ketika mantan pacar mengajak bertemu untuk memperkenalkan pacar barunya?”

Banyak respon yang menanggapi dan hampir semuanya menyarankan saya untuk tidak memenuhi undangan tersebut. Semua teman mengkhawatirkan dampak dari pertemuan itu. Tapi saya bergeming. Saya merasa bahwa yang sudah berakhir pasti akan berakhir tanpa meninggalkan perasaan apa-apa, terlebih perpisahan yang dulu disepakati didasari oleh kesadaran beramunisi penuh. Saya mengabaikan kekuatan napak tilas rasa, mengabaikan kenyataan bahwa perasaan sering kali ingkar terhadap apa yang diperintahkan kesadaran

Semalam saya bertemu dengan dia dan kekasih barunya. Si mata segaris yang pernah mengisi kompartemen khusus di hati dan kepala saya. Si mata segaris yang (lagi-lagi) membuat saya gagal melogikakan hati.

Apisindica - Untuk memahami postingan ini diperlukan membaca sebanyak : 1-2 kali

4 komentar:

Enno mengatakan...

klo aku gak akan mau diajak ketemuan mantan klo alasannya cm mau ngenalin pcr barunya... sebaik apapun hubunganku dgn si mantan itu, aku pasti merasa itu 'lebay'... dan akan mempertanyakan maksudnya ngenalin segala... aku akan bilang ke dia: 'ih, ga penting!'

*lagi PMS*

ehehehhe :D

Apisindica mengatakan...

@mbak enno: igh aku kan baik hatiii, jadi ya sebenernya no prablem sih! (crossing fingers) hehehe

ini cuma karena si mata segaris baru pulang dari amerika aja. Pengen liat jadi kayak apa setelah diganjar boston selama beberapa tahun (alasan)

:P

rid mengatakan...

haduuuuh, dikenalin pacar baru mantan..hmm sebenarnya gak apa2 sih, sudah putus bukan berarti gak bisa temenan kan dan apa salahnya teman memperkenalkan pacar barunya ke kita..hehehe
sabar ya pis, semoga bisa cepat dapat pengganti si mata segaris ;D

Apisindica mengatakan...

@rid: amiiiiin. terima kasih yah doanya! :P