Halaman

Rabu, 22 Desember 2010

Unconditional Love

Posisinya tidak akan pernah tergeser oleh apapun dari hati saya. Menempati sudut terindah yang memang khusus saya sediakan untuknya. Bolehlah banyak yang hilir mudik mengisi ataupun sekedar lewat menambah mozaik hati dan mengubah komposisinya, tapi dia akan selalu berada di tempatnya. Tidak bergeming.

Saya tidak keberatan ketika kemudian saya selalu dikaitkan dengannya. Dibilang kalau saya seperti terikat dan tidak bisa beranjak dari bayang-bayangnya. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah jadi masa lalu, tidak akan terhapus bahkan ketika puzzle hati saya berbentuk penuh saat ada seseorang yang kemudian datang menawarkan cinta lain.

Buat saya, cintanya tidak bisa dibandingkan. Tidak akan ada tandingan. Cinta lain boleh saja mati meranggas diganjar kerontang, boleh saja tenggelam digulung gelombang. Tapi saya yakin cintanya akan seperti biasanya, tanpa syarat. Tidak banyak aturan yang mengekang dan membatasi saya untuk berlaku ini dan itu. Cintanya indah.

Kadang saya berpikir telah berlaku tidak adil. Tidak mampu saya menyamai apa yang telah dia beri, tidak sanggup saya membagi perasaan yang harusnya membuat dia bahagia. Namun seperti yang telah saya duga, dia tidak pernah mempermasalahkan itu. Tidak membuat dia kemudian memadamkan cinta yang menyala dengan pendar yang asalnya entah dari mana. Tidak pernah meredup bahkan ketika hujan mengguyurnya di hampir setiap kesempatan.

Saya ingin belajar darinya tentang cinta. Bagaimana ikhlas mencintai tanpa menuntut untuk dicintai dengan porsi yang sama. Belajar agar tanpa pamrih menyemai benih kebaikan dan sayang tanpa berharap bahwa di akhir masa tanam dia akan mengeruk keuntungan. Belajar bahwa mencintai tanpa syarat itu semudah menghela udara. Seringan meniup buih sabun. Segampang itu.

Dia mencintai saya seperti itu. Dengan indah.

Dia saya panggil Mamih. Seorang perempuan perkasa yang dari rahimnya yang agung saya kemudian dikenalkan pada hidup. Hidup yang ternyata tidak mudah untuk dijalani. Tapi berkat cintanya semua bisa dilalui, membuatkan saya jalan alternatif untuk keluar dari berbagai kemelut. Meratakan titian terjal berbatu yang harus saya tempuh. Semua berkat cinta tanpa syarat dari Mamih.

Hari ini, saya yang tidak akan pernah bisa menandingi cinta yang sudah dia beri hanya ingin mengucapkan kalimat sederhana: SELAMAT HARI IBU, MAMIH! Semoga saya bisa terus membuat Mamih bangga dengan jalan saya sendiri. Karena seperti yang sering Mamih bilang, saya pasti memiliki jalan khusus untuk membuat Mamih bangga dan bahagia.

Mungkin Mamih belum bangga dan bahagia karena saya belum berkeluarga seperti keinginan Mamih. Tapi percayalah, kalau saya akan menempuh jalan lain untuk membuat Mamih bangga. Kebahagiaan bukan hanya bisa diraih dengan berkeluarga. Saya yakin Mamih mengerti itu. Waktu saya hanya belum tiba, karenanya saya tetap memohon doa Mamih untuk kebahagiaan saya. Apapun itu bentuknya.

Doakan saya Mih! Seperti saya yang mendoakan Mamih di hari ibu ini agar semua apa yang belum Mamih raih bisa dijangkau dalam rentang waktu yang tidak lagi lama. Amin.

3 komentar:

Alil mengatakan...

hiks...
Jadi inget nyokap, Pis...

I love you, Mom...

Enno mengatakan...

salam ya buat Mamih ya... selamat hari Ibu! Semoga kamu bisa membahagiakan beliau :)

Apisindica mengatakan...

@alil: semua anaknya pasti inget nyokap.hehehe

@enno: nanti aku salamin yah mbak! amiiin, saya selalu berusaha, sampai mati! :)