Halaman

Rabu, 08 Desember 2010

Kerinduan

Apa yang aku senangi dari sebuah long distance relationship?

Perasaan rindu. Bagaimana aku harus menata hati, mengatur perasaan yang seringkali membuncah untuk sekedar melihat senyum itu tersungging di wajahnya. Rindu senantiasa membawaku untuk selalu teringat kepadanya. Memagari hati.

Boleh bilang aku berlebihan, karena aku yakin di luaran sana banyak orang yang tidak setuju dengan apa yang aku kemukakan. Long distance relationship katanya pasti lebih banyak menyusahkan, membatasi gerak langkah ketika ingin bertegur sapa dengan nyata. Mengungkung perasaan yang seharusnya lancar tertata dalam ruang penuh kebebasan.

Banyak aku menyetujui, mengamini semua hal yang menyulitkan dalam sebuah hubungan yang berjarak. Tetapi ketika kita sudah memutuskan untuk menjalaninya, kemudian selalu mengcomplain tentang apa yang sebetulnya sudah kita ketahui konsekuensinya maka itu hanya akan membuat kerdil. Membuat tandus perasaan yang semestinya bisa dibuat subur bahkan pada saat musim gugur.

Aku menikmati rindu. Mengabadikannya dalam berlembar-lembar surat cinta. Surat yang kadang aku tulis dengan perasaan bahagia ataupun dengan air mata. Keduanya menjadi semacam pupuk yang menyuburkan rindu. Membuatnya berbunga di halaman yang kering walau hujan selalu memapah di ujung penglihatan.

Surat berisi rindu aku simpan di buritan, di ujung belakang sebuah kapal yang pastinya sedang berlayar. Kemudian aku berdoa, berharap bahwa akan ada gelombang yang menerjang dan menghanyutkannya ke negeri sebrang. Tempat dimana rindu itu semestinya bermuara, tempat dimana rindu itu menemukan tuannya. Hati seorang kekasih.

Hujan boleh saja turun mengaburkan penglihatan. Meninggalkan becek di jalan tanah yang membuatnya menjadi sukar dilewati. Tapi hujan tidak akan menyurutkan rindu untuk bersanding di tempatnya. Tidak akan kemudian membuatnya kehilangan pijakan untuk melangkah, mencari bagian-bagian yang tidak tergenang untuk sampai di tujuan. Sudah ditasbihkan kalau rindu pasti akan menemukan jalannya. Mengakhiri pengembaraannya dan melempar sauh kemudian berlabuh.

Pagi ini aku terbangun dan merasa rindu. Kubuka jendela kemudian kuterbangkan dia ke angkasa. Kulihat dia melayang kemudian menghilang di balik awan. Dia tidak lagi terinderai retina, tapi aku punya keyakinan kalau dia akan sampai ke tujuan. Mewartakan sebuah kisah tentang kerinduan yang tertahan.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Sabar ya sobat... aku juga selalu merasakan hal yg sama" dgn mu "kerinuduan yg sangat rindu"
yakinlah suatu saat nanti rindu itu akan terobati dgn sesuatu yg tak pernah kta duga...
tetap semangat melawan hari" mu... rindu jga bsa membuat sebuah semangat yg sangat luar biasa...

rid mengatakan...

hai,lama nggak main ke taman aksara
si apis sedang merindu rupanya :D

LDR tidak masalah. yang penting bisa menjaga rasa :)

Apisindica mengatakan...

@syarifudin: aku percaya, rindu akan berlabuh bagaimanapun jalannya. Jadi jangan khawatir, aku akan sabar menantinya melempar sauh dan berlabuh :)

@rid: iya, apa kabarmu teman?

Setuju sama rid. Jarak bisa diakali dengan menjag perasaan supaya tetap seperti sedia kala. :p

Unknown mengatakan...

Mantab sahabat q... aku yakin kamu itu orang yang sangat kuat dan bisa melewati semuanya...
semangat ....