Nama saya Apisindica. Saya orang baik yang kadang berbuat
tidak baik. Perbuatan tidak baik tersebut bisa jadi saya lakukan secara sadar
maupun tanpa disengaja. Untuk perbuatan yang dilakukan secara sadar mungkin
lebih mudah untuk saya dimintakan maaf karena bisa jadi saya mengingatnya atau
saya bisa mengingat-ngingatnya. Yang jadi masalah adalah perbuatan tercela yang
dilakukan tanpa disengaja. Seringkali saya tergelincir pada suatu keadaan yang
ternyata itu menyakiti orang tanpa saya sadari benar. Dan karena tanpa
disengaja tentu saja saya akan lupa, karenanya saya juga minta dimaafkan.
Diampuni.
Nama saya Apisindica. Dari mulut saya bisa keluar banyak
hal. Doa, harapan, nasihat, sampah hingga serapah. Saya juga seringkali tidak
bisa mengontrol apa yang keluar dari mulut saya. Terlontar tanpa dipikirkan
terlebih dahulu sehingga berujung tindakan menyakitkan bagi orang. Bergunjing
juga merupakan aktivitas yang tidak bisa saya hindarkan. Membicarakan orang
demi sekedar memuaskan kepenasaran atau malah justru menjelek-jelekkan. Lagi-lagi
saya tidak bisa mengontrol mulut saya, sehingga darinya lebih banyak keluar
dosa.
Maaf. Mungkin hanya sepenggal kata tersebut yang saat ini
bisa saya ujarkan. Saya mengerti kalau saya seperti membuat semuanya terasa
sederhana. Mudah dilakukan. Bertahun-tahun membuat berbagai kesalahan, kemudian
datang dengan enteng menghadirkan maaf yang seperti tanpa muatan beban. Tapi
terus terang, saya juga tidak tahu bagaimana menghapusnya. Noda sudah terlanjur
tergambar, jejak mungkin sudah mengeras tidak bisa hilang. Karenanya saya hanya
ingin diberikan ampunan. Diberikan sebuah bentuk pemaafan. Tidak peduli seberat
apapun kesalahan yang sudah dilakukan. Saya meminta maaf dengan penuh
penyesalan.
Nama saya Apisindica. Saya tidak jutek atau judes. Potongan
muka saya memang seperti ini dari sananya. Bukan ingin menyalahkan Tuhan atas
apa yang sudah dia ciptakan. Bukan juga ingin mencari pembenaran dari mimik
yang sering saya pertontonkan. Tapi benar, saya hanya terlihat tidak
bersahabat. Saya hanya sulit untuk memulai perbincangan dengan orang asing atau
orang yang baru saya kenal. Aslinya saya jauh lebih ramah, asalkan saya sudah
merasa nyaman dan aman. Saya hidup dalam sebuah rahasia yang sampai saat ini
belum berani saya buka. Saya ketakutan kalau apa yang saya sembunyikan
terbongkar pada orang yang belum terlalu saya kenal. Itu saja.
Nama saya Apisindica. Saya orang sunda yang seperti
kebanyakan orang dari suku tersebut senang sekali bercanda. Tapi mungkin saya
bercanda kadang kelewatan, tidak meraba perasaan orang yang menjadi bahan
bercandaan. Becandaan saya mungkin juga kadang seperti tidak berpendidikan
karena saya lebih mementingkan bagaimana banyolan yang saya ucapkan menjadi
bahan tertawaan. Saya sering lupa kalau apa yang saya lontarkan membuat orang
tidak berkenan. Saya alpa. Nyaris selalu lupa.
Lagi-lagi saya minta dimaafkan untuk semua jenis kesalahan
yang tidak akan selesai saya detailkan sekarang. Saya meminta maaf untuk semua
perbuatan tidak terpuji yang sudah merugikan banyak orang. Saya berserah,
dimaafkan atau tidak itu bukan menjadi persoalan. Saya hanya ingin berdiri
jujur di titik ini dan meminta sebuah bentuk pengampunan. Mengakui dosa-dosa yang sudah saya lakukan. Mungkin ada
yang luput karena itu di luar kapasitas saya sebagai manusia dengan banyak
keterbatasan.
Nama saya Apisindica. Saya pendendam. Saya mengingat
orang-orang yang pernah menjadi mimpi buruk selama saya menjalani kehidupan.
Orang-orang yang pernah melakukan pengkerdilan tidak langsung pada diri saya
sebelum akhirnya saya bangkit dan membuktikan kalau saya tidak seperti yang
mereka bayangkan. Saya mengingat mereka semua karena semakin saya ingin lupa,
kotak memori itu justru dengan jelas tergambar. Mungkin mereka tidak sengaja.
Atau bisa jadi mereka justru dikirim Tuhan untuk membentuk saya menjadi manusia
seperti sekarang. Saya belajar memahami. Belajar memaklumi. Untuk itu saya
mohon didoakan agar dapat menghapus semua keperihan-keperihan yang pernah
tertoreh sehingga tidak lagi ada dendam.
Nama saya Apisindica. Insya Allah nanti malam saya akan
melakukan perjalanan religi ke rumah Allah. Ke Tanah Haram untuk melakukan
ibadah Umrah. Saya mohon dimaafkan atas semua kesalahan yang sudah terlanjur
dilakukan. Katanya dengan banyak dimaafkan, saya akan menjadi lebih lapang
untuk melangkah bertemu Allah. Kalaupun nanti di sana saya mendapat ganjaran
atas apa yang sudah saya lakukan, maka doakan saya ikhlas menerimanya sebagai
kifarat atau penghapusan dosa. Saya Ridho. Pasrah sampai tingkatan pasrah yang
paling rebah dengan tanah.
Doakan saya, agar ketika kalau saya pulang nanti saya
menjelma menjadi manusia yang lebih baik dari sekarang.Tidak ada tujuan khusus
dari kepergian saya mengunjungi Tanah Haram, saya hanya ingin meminta
pengampunan. Insya Allah.