Saya tidak percaya tentang reinkarnasi. Pertama karena di
agama saya memang tidak mengajarkan apa itu reinkarnasi, kedua saya tidak
percaya tentang kehidupan sebelum kehidupan yang ini. Kalau ada yang percaya
silahkan, toh saya juga tidak punya hak untuk melarang orang untuk mempercayai
proses reinkarnasi seperti halnya saya tidak mempunyai hak untuk melarang orang
tidak pergi dari sisi saya. Tetep curhat.
Berbeda dengan teman saya yang asli orang Bali. Dia sangat
percaya tentang apa itu reinkarnasi. Dia percaya kalau sebelum kehidupan yang
sekarang ini dimana dia adalah seorang dosen, dia pernah hidup entah sebagai
apa. Dia tidak ingat atau lebih tepatnya dia tidak tahu.
Suatu hari dia pernah bilang kalau sebetulnya kita bisa tahu
seperti apa kita di kehidupan sebelumnya. Tidak sekedar seperti apa tetapi juga
menjadi sosok apa kita sebelumnya. Dia bercerita kalau di Bali di dekat
rumahnya ada seorang pendeta yang bisa ditanya karena kemampuannya melihat masa
lalu. Sang pendeta bisa dengan detail menceritakan proses kehidupan kita
sebelum kehidupan saat ini. Dengan kadar kepo maksimal, saya tentu saja
bertanya pada si teman apakah dia pernah
bertanya pada pendeta itu tentang kehidupan dia sebelum ini, dan dia menjawab
tidak. Saya mengejar minta penjelasan kenapa, dan teman saya bilang dia takut.
Dia takut menerima kenyataan kalau misalnya di kehidupan masa lampau dia adalah
seekor babi yang dipelihara tetangga. Sarap.
Semalam saya tidak bisa tidur. Meghitung jumlah kambing di
pandang rumput luas tidak lantas membuat saya berjumpa kantuk. Aktivitas
memanjat genteng rumah tetangga untuk merenung juga tidak bisa saya lakukan
karena alasan hujan. Tidak lucu rasanya kalau tengah malam buta saya kedapatan
terjatuh dari genting rumah orang. Karenanya saya hanya bisa berkhayal,
membayangkan banyak hal yang seringkali muncul di pikiran liar ketika justru
pikiran itu dibebaskan. Semalam saya berkhayal tentang reinkarnasi. Entah
kenapa padahal seperti saya bilang kalau saya tidak percaya tentang
reinkarnasi.
Katanya pada proses reinkarnasi, kehidupan yang sekarang ini
bisa jadi hukuman atau hadiah dari perilaku kita di kehidupan sebelumnya.
Hukuman yang harus dijalani agar kita menjadi sosok yang lebih baik atau hadiah
yang patut kita peroleh atas kelakuan kita yang baik ketika menjalani hidup
sebelum ini. Semalam saya berkhayal, mereka-reka kehidupan saya sekarang ini
adalah hukuman atau justru hadiah. Ini hanyalah analisis pikiran liar saya,
sebuah lelucon yang pikiran saya kemukakan ketika kantuk tidak juga hinggap di
kepala.
Analisis asal yang pertama adalah pasti saya di kehidupan
sebelumnya bisa jadi seorang player. Casanova. Playboy. Buaya. Whatever you
named it. Kenapa saya bisa berpikiran seperti itu karena saya menganalisis dari
kehidupan percintaan saya yang menyedihkan. Bisa jadi karena di kehidupan
sebelumnya saya terlalu sering menyakiti perasaan banyak orang. Terlalu sering
membuat hati banyak orang hancur berkeping-kepang. Makanya di kehidupan
sekarang ini saya hidup menjalani hukuman. Dipersulit untuk mendapatkan seorang
pasangan. Diberi sukar ketika saya ingin mempertahankan hubungan yang sedang
dalam genggaman. Saya hidup dalam hukuman yang entah berapa lama akan
berlangsung. Saya hanya disuruh menjalani tanpa tahu kapan semua ini akan
berhenti.
Analisis asal yang kedua, mungkin saja di kehidupan sebelum
ini saya adalah seorang biksu atau seorang pastor yang harus meredam perasaan
cinta yang saya punya. Karena prestasi saya yang gemilang, di kehidupan
setelahnya saya diberi kesempatan untuk mengekspresikan rasa cinta. Tapi karena
di kehidupan sebelumnya saya belum pernah menjalani bagaimana meretas perasaan
cinta, di kehidupan ini saya masih disuruh untuk belajar. Terseok-seok dari
satu perasaan ke perasaan berikutnya. Terluka dari satu kesakitan ke sakitan
berikutnya. Dan terlunta-lunta tanpa sarana yang tepat untuk menyalurkan rasa
yang berkecamuk di dalam dada. Saya
disuruh untuk terus bertahan, juga entah sampai kapan. Apakah ketika saya
berhasil, manis buah dari pembelajaran yang saya lakukan akan saya rasakan
langsung sekarang di kehidupan sekarang. Entahlah.
Analisis yang ketiga tidak sempat saya lakukan karena saya
keburu ngantuk. Besok deh saya lanjutkan, kalau masih niat!