Senin, 24 Agustus 2009
CIN(T)A
“Kenapa Tuhan menciptakan kita berbeda-beda, kalau Dia ingin disembah dengan cara yang sama”
“Oleh karena itu Tuhan menciptakan cinta, untuk menyatukan perbedaan itu”
Salah satu percakapan di film cin(t)a yang baru gue tonton kemaren. Sendirian. Film yang mengingatkan gue tentang banyak hal. Film yang seakan memaksa gue berjalan ke belakang, ke beberapa tahun yang lalu. Mengacak-acak memori lama, mengeluarkannya dari tumpukan kotak yang tersimpan di girus atau sulkus otak gue. Dan respon yang tercipta adalah senyuman. Senyuman karena teringat akan gue sendiri.
Memori yang pertama tebuka adalah kampus itu. My gosh, kenapa di ITB sih? Dinding batunya, gerbang utamanya, parkirannya, kosan di daerah taman hewannya lengkap dengan tangga tinggi tempat dulu gue sering lari-lari. Semuanya mengingatkan gue ketika kuliah disana. Gue memang nggak kost di taman hewan, secara gue asli orang bandung, tapi temen-temen gue banyak yang kost di daerah sana jadi ketika ketika scene demi scene berlatar kosan taman hewan, mau tidak mau membuat gue melipat waktu ke belakang. Masa yang menyenangkan.
Memori kedua yang terporakporandakan adalah soal hubungan yang diekspos dalam film tersebut. Pribumi yang jatuh cinta sama cina, atau cina yang jatuh cinta sama pribumi. Sama aja. Entah kenapa, gw lebih suka sama cina, lebih menarik aja menurut gue. Bukan berarti pribumi gak menarik lho, ini kan soal taste. Lagian gue juga beberapa kali pacaran sama pribumi, meski beberapa kali juga sama cina. Dua-duanya sama, sama-sama berakhir di tengah jalan maksudnya.
Pertentangan tentang keyakinan masing-masing juga membuat gue tersenyum. Been there done that. Ketika dulu, gue sama dia sering berbicara tentang keyakinan, tentang segala ritual ibadah, tentang Tuhan kita masing-masing, ujung-ujungnya kita sampai pada satu kesimpulan, meskipun koridor kita berbeda, tujuannya sama. Mencari ridho Tuhan. Tak ada salah satu dari kita yang kemudian memaksakan keyakinannya untuk kemudian dianut. Cinta tidak seperti itu bukan.
Kita (dulu) tidak pernah lupa saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah. Dia selalu mengingatkan gue untuk mendirikan solat, bahkan ketika gue berada di tempatnya yang notabene gak ada sejadah. Walhasil seprainya jadi korban. Gue juga suka memaksa dia buat pergi ke gereja, maklum dia agak-agak males. Pernah suatu waktu, gue tarik-tarik dia ke gereja. Gue tungguin di depan gereja sampai dia masuk. Meski gitu kita tetap yakin dengan keyakinan masing-masing, tidak saling mencampuri.
Inilah sisi indah yang dikuak dalam film cin(t)a. Perbedaan bisa dijembatani oleh cinta, tanpa harus saling memaksakan. Kepercayaan yang dianut masing-masing justru menjadikan bingkai indah dalam menjalani hidup ini. Salut untuk yang punya ide membuat film ini, 2 jempol untuk anda. Jadi pengen nonton lagi! Anyone?
PS: I wish I could open my race option soon, karena ada lagi satu cina yang bikin gue klepek-klepek dan gak bisa tidur. Arghhh…………
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
7 komentar:
so sweet
Ntar gw nonton juga ah.. tp hari ini akan sangat sibuk hihi..
Gw seneng baca-baca tulisan elu teh.. walau udah dibahas juga di telepon hihi..
@M: makasih....
@Jo: nonton lagi yuks!!! biar gue bahas tentang ITB nya ada temen, secara gitu lu di kampus kan lebih lama dari gw. Upps. huahahahahaha.
masa sih seneng baca tulisan gw, isinya kan cuman kayak abg kehilangan arah gini. But, jangan dibocorin ke siapa-siapa yah rahasia gw nya.
i really need someone to share my feeling neh...thanks for always being there yah Jo!!!
Jadi pengen nonton juga....
Indahnya perbedaan.... \(^_^)/
@grey: ayok nonton lagi...gak garing-garing amat kok filmya. Apalagi kalo nontonnya pake hati. huahahahahah
hahaha,
ternyata sama nasib kita... saya juga gitu.. entah kenapa lebih suka sama pribumi indonesia (kebalikanmu)tapi ya, it's a beautiful memory =)
@gogo: hahahaha, ayo gogo barter. kalo kamu punya stok cina banyak, kirimlah buat aku satu. hehehehe
Posting Komentar