Halaman

Senin, 07 Juli 2008

KESUAT-SUAT

Gue melihat segerombolan orang sedang ngobrol di bawah rindangnya pohon beringin, segerombolan lagi berkumpul di tempat makan sebuah kantin. Mereka ngobrol dengan santainya, diselingi suara tawa. Muka mereka riang, nggak punya beban. Ada sih beberapa kelompok yang sedang serius dengan buku-buku terbuka tergelar di hadapan mereka, tapi kebanyakan santai.

Cuaca yang terik ternyata tak mempengaruhi mereka untuk berkelompok, berjalan bergerombol sambil tetap ngobrol. Bahkan ada sekelompok laki-laki yang sengaja berpanas-panas ria sambil memainkan seperangkat alat musik. Bernyanyi, menghentakkan alat musik mereka dan tetap dengan muka bahagia, tanpa beban, tanpa tekanan. Semuanya merasakan kebebasan hidup.

Suasana itu kemaren gue temuin di UI. Ya, Universitas Indonesia di Depok. Kampus ternama dimana ribuan anak manusia bertitel mahasiswa menuntut ilmu disana. Ada perlu apa gue kesana? Ngeceng? Tentu nggak, jaman-jaman itu udah lama berlalu dari episode hidup gue. I was there (baca: kuliah), and now I just can observing their activity. Gue ada kepentingan kerjaan sehingga gue musti ke UI. Akhirnya gue tau UI juga.

Yang ada di pikiran gue waktu melihat mahasiswa-mahasiswa itu adalah : YA ALLAH, GUE PENGEN KULIAH LAGI………

Kuliah lagi! Mungkin temen-temen gue geleng-geleng kepala. Kerjaan kok cuman sekolah terus. Like I said before, sekolah itu candu. Bikin gue ketagihan. Bukan soal hidup nggak punya beban atau tanpa tekanan. Saat kuliah memang bebas, penuh keriaan, penuh hedonisme. Tapi bukan itu saja yang membuat gue pengen kuliah lagi, meskipun sebagain ego gue mengiyakannya. Gue suka saat tenggelam dalam diktat-diktat kuliah, setumpuk kerjaan yang harus dikerjakan, ujian. Ya, kadang ujian membuat gue berfikir untuk kembali ke bangku kuliah. Ujian bikin adrenalin gue terpacu, like riding a wild horse in sabana.

Kadang gue nanya, tepatnya menggugat Tuhan. Kenapa gue pengen sekolah terus? Tapi sampe sekarang gue belom nemuin jawabannya. Dan semakin keras gue mencari jawabannya, semakin besar keinginan gue buat ngelanjutin kuliah. Apa keinginan gue ini salah? Apa nggak tepat? Apa nggak imbang sama porsi umur gue? Gue nggak tahu, gue nggak bisa jawab.

Kata temen-temen gue yang pernah ngeliat hedonisme hidup gue waktu kuliah, baik di S1 maupun S2. Kuliah S3 itu bakalan beda, lo nggak bisa hedon lagi, lo nggak bisa nyantei dan ketawa-ketiwi kayak dulu. Beban lebih berat, tanggung jawab lebih besar. But who care actually, gue nggak peduli.

Gue tahu, kuliah S3 itu nggak gampang. Beban yang ada di pundak gue nggak kayak dulu waktu gue kuliah S1/S2. Masa depan menjadi taruhannya. Kalau gue misalnya gagal (amit-amit…knock on wood!), I’m just wasting money, wasting time, wasting my rest of my life and ruin out my own future. Tapi gue nggak peduli. Gue harus punya keyakinan kalo gue itu bisa berhasil. Life is gambling. Sometime you are lucky, but sometime you are not. Just challenge your self! You never know until you try.

Just pray for me…Let me walk in my own stream, the world which created by myself.

Tidak ada komentar: