Tenang-tenang, jangan langsung berfikir kalo gue mau mau narsis-narsisan dengan nulis judul fantastik. Gue bukan mau nyeritan gue kok, tepatnya nggak mau nyeritain itu lagi. Gue yakin bener kalo semua orang udah tau kalo gue emang fantastik, jadi nggak perlu diumbar lagi kan? (teuteup!).
Teringat ke sebuah wawancara kerja di salah satu perusahaan yang gue juga udah lupa namanya saking seringnya gue wawancara kerja (ketahuan deh kalo gue susah nyari kerja). Interviewernya nanya, tepatnya nyuruh kita menggeambarkan diri kita dalam satu kata. Pasti bakal banyak yang menjawab sekenanya, yang penting menggambarkan diri mereka masing-masing (baca : yang diinterview).
Botak, kurus, rapi, wangi, hitam dan sejumlah istilah fisik lainnya kadang jadi jawaban mereka. Nggak salah sih, tapi kayaknya hal itu nggak nyambung deh sama motivasi kerja dan bla bla bla yang diinginkan sebuah perusahaan. Inget peraturannya, don’t answer with your appearance looks like. Bisa-bisa lo diketawain interviewernya (meski dalam hati), atau setidaknya dia akan tersenyum simpul penuh makna.
Waktu itu gue jawab apa yah? Kalo gue udah bikin kesepakatan sama diri gue sendiri. Setiap ada pertanyaan semacam itu, gue pasti jawabnya KOMPETEN. Inget, kompeten bukan impoten. Eit, nggak boleh protes. Yang protes bayar! Hehehehe. Ya dibanding susah mikir, gambaran diri kita gimana. Jawab aja kompeten. Satu kata yang menurut gue mewakili semua kemampuan kita. Baik teoritis or practical.
Dengan kata kompeten, kita sudah menggambarkan bahwa kita mampu melakukan apa aja dalam kondisi apapun. Meskipun kenyataannya nggak juga. Jangan khawatir, kalo interview kerja yang penting kesan pertama dan antusiasme kita aja. Ntar kalo kita nggak lolos, buat keyakinan dalam hati bahwa perusahaan itu bakalan rugi besar nggak nerima kita. Kalo kita lolos dan kemudian keterima, gue cuma bisa bergumam : “nambah satu lagi yang tertipu dengan penampilan gue”. See, life is fun games. Mudah-mudahan menang, kalo nggak gak apa-apa, namanya juga fun games. Nothing to loose.
Kemaren di kantor gue, waktu kerjaan nyantei. Nggak meeting mulu karena big boss lagi ke luar negeri. Gue nanya sama temen gue yang kayaknya bakal jadi ibu komisaris deh. Gue dan temen-temen lainnya udah ngasih dia nama baru dengan inisial MMAT. Ternyata dia waktu gue suruh menggambarkan dirinya dalam satu kata, dia menggambarkannya dengan kata fantastik. Sontak, gue ketawa ngakak. Maaf bu komisaris, nggak maksud ngetawain, cuman takjub aja. Kok bisa yah kepikiran kata fantastik.
Karena kelakuannya itu, sekarang gue dan temen-temen satu departemen manggil dia dengan julukan “ibu komkom fantastik”.
Fantastik. Mungkin kata yang lebih spektakuler dibanding dengan kata kompeten yang sering gue omongin waktu suruh gambarin tentang diri gue. Berasa lebih keren kayaknya, tapi cukupkah rasa kepercayaan diri gue buat bilang kata itu. Gue tau gue emang fantastik, semua juga tau (standing still). Kayaknya gue bukan nggak PD, tapi lebih ke menghindari seorang interviewer tersenyum simpul atau bahkan ngakak ngeliat jawaban spontan gue yang memang Fantastik beneran.
Should I try to use that word sometimes?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar