Aku orangnya rapi dan kamu cenderung sangat berantakan. Dari
awal aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau kita berjalan
bersamaan.
Aku orangnya teratur, akan mengembalikan sesuatu ke
tempatnya semula untuk sejuta alasan. Sementara kamu orangnya serampangan, sesuka
hati meletakan barang yang diambil di tempat baru yang sebetulnya tidak cocok
dengan ruang. Kamu bilang nanti juga ada yang membereskan.
Aku seringkali kesal.
Kamu anak tunggal, terbiasa mendapatkan apa yang kamu
inginkan sendirian. Tidak banyak pengalaman bagaimana berbagi mainan ataupun
perasaan sementara aku anak sulung yang dituntut punya banyak tanggung jawab
dan memberi perhatian. Bisakah kita menemukan jalanan untuk bersama dari
sebegitu banyak persimpangan?
Aku tidak sedikit dihantui ragu.
Aku membatasi makan dengan alasan menjaga badan. Bagiku
gemuk itu adanya di kepala, di dalam stigma. Jadi seberapapun orang bilang aku
sudah kurusan, aku tetap merasa memiliki berat badan yang berlebihan. Bodoh
memang, tapi itu yang kejadian. Kamu hobi membeli berbagai jenis varian
makanan. Hanya dibeli dan bukan dimakan. Kalaupun dimakan, itu hanya seperti
hiburan. Dicicip sedikit dan kemudian bosan. Tanpa rasa bersalah kamu memintaku
untuk menghabiskan, dan seringkali aku menolak meski ujung-ujungnya tetap aku
makan untuk alasan menghindari pertengkaran. Kamu tidak suka aku berdiet
sementara aku kikuk dengan bentuk badanku yang sekarang.
Aku tidak suka pada sikapku yang tidak kukuh pada pendirian.
Sumbu emosiku pendek, mudah tersulut oleh hal-hal sepele
ketika sesuatu tidak berjalan seperti apa yang aku inginkan. Emosimu mudah meledak-ledak,
bahkan oleh hal yang seharusnya tidak menjadi sumber kemarahan. Bisa
dibayangkan bagaimana jadinya kalau kita sedang bertengkar. Mungkin seperti
memelihara 2 bom waktu yang siap meledak dalam waktu yang bersamaan. Aku lantas
berpikir dapatkah aku melakukan pemakluman untuk hal ini. Meredupkan sedikit
bara emosi ketika sedang terjadi pertentangan.
Aku tidak yakin.
Aku hanya seorang pegawai pemerintahan. Dan kamu pasti benci
aku membubuhkan kata “hanya” di depan pegawai pemerintahan. Tapi aku ingat
dengan jelas bagaimana kamu menggugat. Katamu dengan background pendidikan yang
aku miliki, dengan kualitas yang kamu lihat ada padaku maka aku hanya membuang
banyak kesempatan dengan menjadi pegawai pemerintahan. Aku berdalih kalau ini
adalah pilihan, seperti halnya kamu yang memilih untuk menjalankan bisnismu
sendiri ketimbang bekerja di bawah orang.
Aku punya penghasilan. Cukup walau tidak berlebihan. Aku
mandiri secara finansial, tidak akan bergantung pada siapapun untuk sekedar
mencukupi berbagai jenis kebutuhan. Penghasilanmu jauh lebih besar dibandingkan
dengan yang aku dapatkan. Kemadirian finansialmu mungkin akan jauh lebih
matang. Dan aku ketakutan akan pendapat orang apabila kita memutuskan untuk
jalan berisisian. Mungkin orang tidak tahu, tapi perbedaan yang jelas terlihat
akan mengundang banyak persepsi. Kamu bilang abaikan sementara aku terus
kepikiran.
Aku takut dinilai orang dekat denganmu memiliki motif
tertentu.
Aku memiliki mantan, kamu pun demikian. Bedanya kamu selalu
mencari tahu siapa mantan-mantanku. Entah untuk apa padahal aku juga tidak
pernah menengok ke belakang. Sesekali memang dilakukan tapi hanya untuk
melakukan wisata hati, sekedar napak tilas tanpa ingin mengulang. Aku tidak
penasaran dengan mantan yang pernah mengisi kehidupanmu. Bukan tidak perhatian,
tapi aku merasa bahwa semua orang punya masa silam. Sekarang adalah sekarang.
Kemarin ada untuk memberikan sebuah pelajaran.
Banyak pertentangan. Banyak perbedaan. Aku dan kamu seolah
bertolak belakang dari berbagai aspek yang sedang dinilaikan. Tidak sedikit
keragu-raguan. Sering muncul banyak ketakutan. Goyah justru sebelum langkah
pertama dilakukan. Pengecut untuk lantang mengikrarkan apa yang tengah hati
rasakan.
Waktu membuktikan. Memupus semua ketakutan, menghilangkan
semua bentuk keragu-raguan. Aku bahkan tidak pernah menyangka akan dicintai
sehebat ini. Aku juga tidak pernah menduga kalau aku mampu berdamai dengan sekian
banyak perbedaan. Dan berhasil. Aku dan kamu berhasil membuktikan. Ketakutan
dan keragu-raguan bisa dihilangkan dengan menanamkan kepercayaan. Percaya kalau
kita akan mampu keluar dari kungkungan dan menjadi pemenang.
Aku mencintaimu tanpa ada lagi keragu-raguan. Aku
menyayangimu tanpa bumbu ketakutan dikata-katai orang. Selamat ulang tahun,
Sayang.
5 komentar:
Huaaaa so sweeeet mas (/ >o<)/
*selamat ulang tahun untuk mbaknya :)
Met ultah ya buat patjar nya.. :D
as usual......dalem banget. Suka!
bhikikikiki....ulang tahun berikutnya nikahin yakkkk pacarnya!!!
*kaburrrrr*
cie..cieee Apis sedang berbunga-bunga rupanya :D
Posting Komentar