Dia datang lagi. Membawa turbulen yang masih sama.
Memporakporandakan keinginan yang sudah lama rapi tersimpan, menarik pada
dimensi yang tidak lantas bisa dijelaskan.
Dia datang lagi setelah sekian lama menghilang. Menghadirkan
kegundahan yang dulu pernah berhasilkan aku disembunyikan. Memang tidak hilang
benar karena ternyata aku tidak punya lebih keberanian untuk memberangusnya
hingga menjadi arang. Aku memilih menyimpan baranya, menjaganya agar masih bisa
berpendar hingga saat ini. Entah untuk apa. Bodoh.
Aku tahu dia tidak lagi sama. Bahkan ketika dia memutuskan
untuk menyudahi apa yang pernah hati sepakati dia sudah menjelma menjadi sosok
asing yang tidak bisa lagi dikenali. Dia menanggalkan semua yang pernah kami
alami sementara aku dengan motif yang sampai kini tidak dimengerti tetap
keukeuh menyimpannya. Aku hanya tahu kalau aku akan tetap mengaguminya, tidak
peduli waktu justru memisahkan kami pada dimensi yang saling terjauhkan.
Dia datang lagi. Dalam jarak yang mendekat setelah kemarin
sempat terpisahkan oleh batasan regional. Tanpa menggagas apa-apa dia hadir,
sementara aku gemetar bahkan hanya dengan membayangkan kalau ada suatu waktu
dimana kami pasti akan bertemu. Direncanakan ataupun hanya kebetulan, aku tahu
kalau takdir pasti akan mempertemukan. Dia dengan perasaan mungkin hanya
menganggap pertemuan dengan teman, dan aku dengan pengharapan yang sama seperti
masa silam. Bodoh.
Dia datang lagi. Mengisi rumah masa lalu yang aku jaga
halamannya dari alang-alang agar tidak berkesan muram. Rumah masa lalu yang
pernah kami tinggali dulu. Rumah berjendelakan pemandangan ketika kami
bertautan dan berlarian sambil saling mengenggam.
Rumah itu tidak pernah aku tinggali. Sepi. Aku hanya menjaganya
dari rayap yang akan membuatnya lapuk dimakan pengharapan. Dan kini ketika dia
datang lagi dan menempati salah satu ruangannya, aku hanya akan mengamati dari
jauh. Lewat jendela yang genap terbuka, aku hanya ingin mengagumi. Bodoh.
Rumah itu memang rumah masa lalu. Rumah yang harusnya aku
runtuhkan hingga rata dengan tanah, hingga tidak ada lagi aroma menyeruak yang
akan menyulitkan ketika ingin menerusakan perjalanan.
Sayang aku memilih jalan yang berlainan, rumah masa lalu itu
hingga kini masih ada. Di sini. Di salah satu sudut hati yang nampaknya sudah
mengeras bagai batu.
4 komentar:
Ih lagi2x blom moveon....
@anonim: susah boooo!!! :(
berbagi kata kata motivasi gan
Apa yang anda lakukan hari ini, merupakan kunci kebaikan ataupun juga kehancuran hari esok anda. Lakukanlah yang terbaik untuk hari ini.
salam kenal sukses selalu dan ku tunggu kunjungan baliknya :D
Bukannya ga bs move on, tp belum mau..
Karena kadang hati ga pernah rela melepas kenangan..
Dan bukan hanya kenangan buruk yg menyakitkan, tp kdg kenangan indah justru lbh menyakitkan :(
Posting Komentar