Samuel Mulia, Kompas Minggu 25 April 2010
Saya tergelitik membaca parodi minggu kemarin mengenai lajang atau melajang. Saya rasa semua orang pernah mengalami pergolakan batin mengenai kesendirian, termasuk saya. Dan saya mengamini kalimat-kalimat yang ditulis Samuel Mulia di atas. Tidak bisa lagi tidak setuju. Mata, otak serta nurani saya ikut mengangguk begitu beres membaca artikelnya.
Sendiri atau kesendirian, satu hal yang banyak ditakuti oleh banyak orang. Menjalani hidup dengan kesendirian apalagi di masa tua sangat tidak diharapkan, dan kemudian itu menjadi semacam momok yang menakutkan. Menjadi semacam beban berat yang tak juga menemukan jalan keluarnya apalagi untuk orang-orang seperti saya yang mungkin sedikit sudah berdamai dengan hidupnya sendiri.
Kalau saya ditanya apakah saya takut sendirian? Maka saya akan mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Tapi kemudian saya berfikir apakah dengan selalu merasa takut maka saya akan terbebas dari belenggu kesendirian itu, saya menemukan jawabannya. Tidak. Ketakutan semacam itu justru akan membuat pikiran kita menjadi kerdil, lebih parahnya kita akan melakukan banyak hal yang sebetulnya tidak sesuai dengan nurani kita hanya untuk sekedar tidak sendirian. Apa itu layak dilakukan? Saya menggeleng.
Baca lagi bagian akhir dari tulisan Samuel Mulia. “Sendiri itu baik. Berdua lebih baik. Sendiri itu lebih baik, berdua itu baik. Sekarang tergantung lensa mata, otak, serta nurani bagaimana melihatnya”. Yang terbaik bagi kita hanya kita yang tahu, oleh karena itu jangan pernah menggunakan kacamata orang untuk menilai hidup kita. Gunakan kacamata kita sendiri, niscaya kita akan selalu bersyukur tentang apapun yang pernah, sedang atau akan kita jalani. Sendiri ataupun berdua kemudian menjadi pilihan, dan pilihan itu harus dijalani dengan bahagia walaupun pilihannya ternyata adalah sendiri.
Menjalani hidup sendiri bukan berarti kita tidak bisa bahagia. Bahagia itu diciptakan, bukan pemberian, karenanya tidak jaminan kalau kita memutuskan untuk sendiri maka kita tidak akan bahagia. Semuanya tergantung dari bagaimana kita memaknai kesendirian itu, mengisinya dengan hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Sendiri bukan akhir dari dunia, sendiri bukan kiamat kecil bagi kehidupan manusia. Menurut saya, sendiri itu adalah tantangan yang harus ditaklukan.
Jangan mengeluh karena kita sendirian. Jangan menggugat karena Tuhan menciptakan kita tanpa atau belum berpasangan. Hidup akan jauh lebih bermakna ketika kita menjalani semua yang sudah Tuhan beri dengan keikhlasan luar biasa, meskipun yang Tuhan beri ternyata adalah kesendirian. Ada maksud di balik semua penciptaan takdir dalam hidup kita, tapi seringkali kita tidak sabar untuk menterjemahkannya.
Saya Apisindica, saya sendirian, saya lajang, dan saya bahagia. Saya juga berharap bisa membagi kebahagiaan itu terhadap orang-orang disekeliling saya.
10 komentar:
melajang bukan untuk selamanya kan....??
alone but not lonely... single and very happy... so what? buat apa memaksakan berdua kl akhirnya cuma menemukan kebahagiaan semu... tapi hidup adalah pilihan, tidak menentukan pilihan pun artinya kita sudah memilih.
"Saya Apisindica, saya sendirian, saya lajang, dan saya bahagia. Saya juga berharap bisa membagi kebahagiaan itu terhadap orang-orang disekeliling saya."
Saya suka kalimat tersebut pis... :)
Me too...
I'd rather be alone... than Unhappy!!!
@ali: semoga untuk tidak selamanya. semoga menemukan jalan untuk mengakhiri segalanya. amiin.
@farrel: itu yang gw hindari. kebahagiaan semu. Tidak memilih menurut gw itu bukan sudah memilih. tapi ya terserah seeh. :)
@jingga: makasih jingga!
@manusia: so lets create our own happiness... :)
seneng dengan posting ini :)
@pras: makasih yah Mas!
Postinganmu selalu bikin mikir!.......and it's fun!
@BaS: selama bikin mikirnya menuju kebaikan bagus kan? hehehe. Makasih yah!
artikelnya bagus.thanks yah!
Posting Komentar