
Semua berjalan begitu sampai salah seorang pembaca blog gue yang mengomentari dan menganalisis di luar dari perspektif gue. Dan mau tidak mau gue juga mengiyakan apa hasil analisisnya yang mengejutkan itu. Kok gue nggak pernah berpikiran sampe ke arah sana yah? Mungkin gue terlalu naïf, atau mungkin lebih ke arah egois.
Tentang tapping into social network
Si komentator bilang bahwa dari ocehan sahabat-sahabat gue... they seems like wanted to tap into your social network, padahal kan bisa lewat facebook aje HIHI...
dan if they are really 'sahabat' it should be fine kalo mereka tapping into your social network kan? kecuali sebenarnya lu benci sama mereka, pura2 berteman aje karena mau tap into their network too HAHAHA...
karena sama2 berasa dirinya sahabat, so... bukan nya kita seharus nya senang melihat sahabat2 berbahagia mendapatkan idaman nya, walaupun mungkin deep inside lu berasa mereka hanya mempergunakan network elo doang, but hey... kapan2 kan lu bisa pake balik network mereka (kecuali mereka sebenarnya gak suka sama elo tapi cuman mau tap into your network aje...)
inti nya sih, kalo percaya teori aneh 'manusia adalah makhluk sosial' yah.. biasa dong saling tap into each other network? kaum socialite juga begitu kok... tenang sajah....
kalo berasa being used, yah.. namanya juga sahabat, sudah semestinya kan membantu? (kecuali emang elo gak suka membantu dia karena dia org nya menyebalkan hehehe)
Beneran, abis baca komentar dia gue ngakak. Tapi setelah ngakak gue mikir. Lama.
Apa bener kalau selama ini gue seperti melarang sahabat-sahabat gue buat tap into my social network? But wait, sebelumnya mari kita lihat dulu apa gue punya social network yang oke. Pertama, gue kerja sebagai abdi Negara which means orang-orangnya ya you know lah. Kedua, kalaupun abdi Negara bisa saja punya social network yang bagus perlu diketahui gue nggak di departemen atau kementrian yang berhubungan langsung dengan banyak orang. Temen gue banyaknya bakteri, jamur, virus dan untai DNA. Jadi kalau dari segi pekerjaan, nggak bisa dikatagorikan oke social network gue.
Kalau di luar pekerjaan gimana? Mari kita telaah. Pertama, gym friend. Okelah tempat fitness gue lumayan berkelas, tapi di gym gue nggak punya temen banyak. Minder liat orang-orang badannya bagus, terus suka susah aja memulai percakapan dengan orang baru. Secara gue merasa underdog. Kedua, temen gaul. Percaya atau tidak, gue nggak punya banyak temen gaul. Temen gaul gue banyakan kenal dari blog juga, merasa cocok terus sering gaul bareng. Sering dugem bareng (dulu), dan waktu di club dari ratusan orang yang datang, mana ada sih yang gue kenal. Artinya social network gue terbatas.
So, kalau gue dibilang tidak mengijinkan sahabat-sahabat gue tapping into my social network itu salah besar. Boleh ditanya, kadang gue bawa sahabat gue ke kumpulan temen gue yang lain meski sebelumnya gue Tanya sama temen-temen gue boleh atau nggak bawa temen lain. Karena kadangkala juga mereka tidak mau gue bawa orang lain. Kalau udah gini kan repot, ya udah gue nggak bawa sahabat gue jadinya. Tapi sering juga gue bawa kok kalau diijinkan. Tanya deh sama sahabat-sahabat gue.
Soal tapping back into my friends social network, nggak pernah sengaja pengen dikenal-kenalin sama temen sahabat-sahabat gue. Kalau mau dikenalin boleh, nggak dikenalin nggak apa-apa. Yang penting gue tetep sahabatan sama sahabat-sahabat gue itu. Bersahabat dengan mereka sudah lebih dari cukup, kalau misalnya bisa mengenal temen-temennya itu hanya semacam bonus aja. Nilai lebih.
Inti dari tulisan ngawur ini pokoknya gue nggak pernah membatasi sahabat-sahabat gue buat tapping into my social network. Hayu aja asal waktu dan kesempatannya ada. Bener juga kata si kometator itu, kalau misalnya tetep mau tapping, masuk ke facebook gue aja terus add deh temen-temen gue yang kalian suka di friends listnya.
PS: soal dicariin pacar, gue udah berusaha ngenal-ngenalin yah. Silahkan bergerak sendiri-sendiri. Tugas gue cuma ngenalin kalian aja. Selanjutnya terserah anda…..