Im totally not into korean drama movie. That’s why kalo gue belanja DVD ke Kota Kembang atau Pagarsih (semacam Glodok) pasti gue lewatin aja rak yang berisi ratusan DVD drama korea itu. Bukan nggak suka, tapi nontonnya males. Biasanya panjang-panjang dan menguras air mata. Gue emang seneng film yang haru biru, kesannya lebih dalem tapi kalau film korea terlalu sedih. Bosen gue nangis-nangis bombay.
Memang nggak gue pungkirin, gue pernah juga nonton drama korea. Nggak anti-anti banget kok. Film korea yang pertama gue tonton adalah endless love. Serial panjang gitu, yang tiap scene pasti ada nangis-nangisnya. Tapi ceritanya emang sedih banget. Tentang perjuangan seorang anak yang ketuker sejak kecil. Tipikal sinetron Indonesia jaman sekarang deh, tapi dikemas lebih mantap. Lebih bernyawa. Shi*t, film ini bikin gue kecanduan, rasanya pengen terus nonton sampai tamat. Dan parahnya untuk beberapa episode gue ikutan nangis. Hehehehe, cemen banget yah gue?
Film kedua yang gue tonton, tepatnya serial kedua adalah jewel on the palace. Gara-gara nyokap gue nih yang seneng banget sama film ini sampe-sampe gue disuruh nyari dvdnya trus diajak nonton bareng. Katanya nemenin soalnya kalo nonton sendirian nggak seru. Kepaksa deh gue ngendon hampir tiap malem depan tv, tapi filmya memang bagus kok, semi-semi kolosal gitu. Tapi yang gue bete nontonnya lama. Bukan cuman karena episodenya yang banyak, tapi karena tiap ada pasien, nyokap gue nyuruh filmnya di pause. Nggak boleh dijalananin sampe semua pasien yang dateng pada pulang. Tambah lama kan.
Nah kemaren, temen gue bilang katanya dia punya film korea dan dia merekomendasikan gue buat nonton film itu. Katanya menang di Canes film festival. Berarti film bagus donk, and thanks God bukan serial. Judul filmnya no regret. Dan jujur filmya memang bagus, dan sedih. Mungkin gue besok-besok mo ngulang nonton filmya lagi ah. Heheheheh
No regret menceritakan seorang anak yatim piatu yang terpaksa keluar dari panti asuhan karena sudah berusia 18 tahun. Pergi ke Seoul untuk mengadu nasib. Paginya kerja kasar di pabrik, malemnya kuliah. Tapi nasib nggak berpihak sama dia, dia di PHK dan akhirnya dia kerja sebagai male-escort di gay bar. Perjuangan hidup yangh keras karena awalnya tidak sesuai dengan kata hatinya. Bekerja menjual tubuh dan kenikmatan sesaat sampai akhirnya dia berhenti karena bertemu cinta sejatinya, di tempat itu juga.
Gue nggak mau ngomentarin soal gay relationshipnya, cuman takjub aja. Ternyata cinta bisa segitunya. Cinta bisa menembus batas-batas paling marginal dari kehidupan kita. Cinta memang harus diperjuangkan dan kemasan perjuangan cinta di film ini yang mulainya tidak ada sampai menggebu-gebu sangat menarik dan masuk akal untuk dinikmati. Rintangan dan halangan seakan sirna, pupus bertekuk lutut pada cinta yang hakiki. Cinta yang memang pantas diagungkan.
Menyerah adalah hal yang paling dihindari oleh film ini. Menyerah berarti sia-sia dan sang sutradara tahu betul akan hal ini. Nggak heran dia menang sebagai best director. Pokoknya yang belom nonton film ini, buruan nonton. Pantes ditonton kok, recommended movie. Two thumbs up for this movie. Jangan jijik sama tema gay-nya, ikuti jalan ceritanya dengan seksama dan kalian bakal mengerti apa arti cinta itu sebenarnya. Cinta tanpa kepalsuan dan cinta tulus tanpa syarat.
Selamat menyelami indahnya perjuangan akan cinta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar