Aku percaya konsep jiwa dan akal pikiran..
Jiwa dan akal sudah ditakdirkan seperti jalinan benang yang terikat satu
sama lain tanpa saling mengenal batas awal dan akhir.
Akhir-akhir ini pikiran sering berkata kepada Sang Jiwa:
Sang Jiwa, ini tidak akan berhasil, Sang Jiwa ini terlalu berat untuk
dicerna dan dikerjakan...
Sang Jiwa aku ingin bebas.. Sang Jiwa ini hal yang bodoh, Sang Jiwa aku
lelah, Sang Jiwa Sang Jiwa Sang Jiwa dan Sang Jiwa...sang akal terus berbicara
tanpa henti mengeluarkan semua yang dilakoninya selama ini...
Sampai pada satu titik sang akal pun terdiam tanpa mendengar apapun dari
Sahabat kekalnya..
Lalu suatu saat Sang Sahabat pun berkata: bukankah semua yang terjadi sudah
sesuai keinginan mu? Aku menuruti dan mematuhi segala keinginan dan hasrat menggebu
yang ingin kau lakukan. Kuberikan pasangan hidup yang mencintai mu dan menjadikan
mu bagian dari hidupnya. Ku memohon pada Sang Ibu agar dialirkan nafas
kehidupan baru dan disediakan kenyaman di tempat asing yang kau tuju. Kuberikan
setiap jawaban dari pertanyaan dan argumentasi tanpa ujung yang kau lontarkan.
Kuberikan segala sesuatu yang kau minta sahabatKu. Mengapa sekarang kau tidak
merasa puas dan bahagia?
Sang akal pun berteriak, kau berikan pasangan yang suatu saat akan meninggalkanku
untuk mematuhi norma dan adat. Kau berikan pasangan yang luar biasa menyayangi
tetapi juga sekaligus memberikan batas waktu untuk ada di sisiku. Kau berikan
kenyamanan tetapi juga peluh keringat yang tidak henti mengucur. Apakah itu artinya Kau menyayangiku?
Kau bilang Kau berikan seluruh jawaban tetapi disisi lain banyak hal yang harus
kukorbankan. Itukah yang Kau bilang Kasih?
Dan Sang Jiwa pun hanya tersenyum. Wahai sahabatku apakah tidak letih kau
mengejar sesuatu yang tidak berkesudahan? Tidakkah cukup waktu yang Kusiapkan
untukmu setiap pagi? Apakah tidak cukup tanganKu menjaga engkau di setiap
persimpangan yang kau hadapi? Tidakkah kau belajar untuk menikmati apa yang
sudah kupersiapkan untukmu? Menikmati setiap tawa, setiap bulir kasih dan cinta
yang kualirkan kepada mu? Sudah sedimikian butanyakah sampai kau tak melihat
banyak tangan yang membantumu, menopangmu dan merengkuhmu, hanya untuk
memuaskan ambisi-hasrat menggebu dan keinginan yang tak terbatas. Kehausan
untuk merasa disayangi dan dicintai. Wahai sahabatku, tidakkah kau rasa dan
lihat betapa kau beruntung..
Akal ku pun terdiam dan mulai melihat kebelakang. Betapa banyak tawa, cinta
dan kasih yang didapat selama setahun kebelakang. Betapa banyak tangan tak
dikenal yang menawarkan untuk menopang dan mengangkat setiap kali akal tersaruk
oleh ulahnya.
Aku belajar untuk bersyukur. Tidak mudah memang dan seringkali menyakitkan.
Aku belajar untuk berkata CUKUP-TIDAK-TERIMA KASIH dan AKU PUAS. Tidak mudah
mengekang hasrat, niat dan keinginan yang mengotori sang akal. Tetapi aku
bersyukur. Dalam keadaan apapun aku memahami bahwa Sang Jiwa sudah menyiapkan
DIRIMU, yang memahami tanpa harus minta untuk dipahami. Mengerti dan mencintai aku apa adanya.
Aku mengerti aku DICINTAI. Perasaan yang selama aku bertumbuh jarang kudapat
bahkan langka. Ya benar, aku dicintai olehmu dan aku merasa tercukupi setelah
kelaparan dan kehausan yang tidak pernah terpuaskan. Kamu mencintai aku dengan
hal yang sederhana yang terkadang tidak bisa kupahami. Kamu mencintai aku
dengan semangkuk sayur asem dan cumi yang meletup di wajan. Untuk pertama
kalinya aku mengerti betapa nyamannya dicintai dan dimiliki oleh seseorang dan
untuk pertama kalinya aku merasa aku bukan sampah yang harus membuktikan diri
aku bisa, aku hebat, aku tidak bisa diremehkan dan banyak topeng lainnya.
Terima kasih aku dicintai dan maafkan aku karena aku sedang belajar mencintai
dengan benar. Aku belajar bahwa mencintai mu adalah membiarkanmu selama kamu
bahagia seperti yang kamu lakukan kepadaku. Terima kasih. Akhirnya aku mengerti
aku dicintai.
Saya membacanya berulang-ulang. Semburat hangat tetiba muncul di hati saya
bahkan di akhir saya membaca keseluruhannya untuk kali yang pertama. Memang ada
bagian yang membuat saya tertampar semisal pada kalimat “Kau berikan pasangan
yang suatu saat akan meninggalkanku untuk mematuhi norma dan adat. Kau berikan
pasangan yang luar biasa menyayangi tetapi juga sekaligus memberikan batas
waktu untuk ada di sisiku”. Hati saya mencelos, seperti bara pijar yang
tiba-tiba dimasukan pada air dalam bejana. Andai saya punya banyak pilihan.
Andai saya tidak perlu memilih, mungkin itu akan jauh lebih baik. Tapi untuk
saat ini saya hanya berusaha menyemai benih maaf sehingga bila waktu itu
terpaksa harus hadir maka benih sudah tumbuh menjadi pohon yang rindang. Itu
saja yang saya bisa lakukan untuk saat ini. Entahlah bagaimana ke depan.
Soal belajar mencintai, saya juga sedang belajar dan terus belajar. Tidak
mudah berdamai dengan banyak perbedaan. Tidak gampang mengesampingkan ego untuk
menghindari percekcokan yang ujungnya hanya menghasilkan retakan-retakan yang
mengancam keutuhan. Saya terus belajar karena saya yakin mencintaimu dengan
cara saya adalah tidak salah. Mencintaimu dengan semangkuk sayur asem dan cumi
yang meletup di wajan adalah bentuk kederhanaan yang bisa dihidangkan semua
orang dengan kadar yang berlainan. Bagi saya melihatmu lahap menikmati kedua
makanan tersebut sudah cukup membuktikan kalau kamu mencintai saya dengan
caramu. Untuk itu saya tidak pernah menuntut lebih.
Berharap dicintai dengan cara yang sama saya mencintai hanya akan menimbulkan
kebosanan. Merpercepat datangnya usang pada sebuah perasaan. Karenanya saya
menikmati setiap detail caramu mencintai saya meskipun ada beberapa tindakan
yang saya tidak suka. Dan kamu tahu itu.
Terima kasih sudah belajar juga mencintai saya. Sosok yang kadang rumit
kadang sangat mudah ditebak sehingga keduanya menimbulkan efek sama yaitu sulit
dipahami. Terima kasih sudah mengerti bahwa membuat saya bahagia adalah dengan
membiarkan saya menjadi saya. Saya yang akan terus mencintaimu hingga nanti.
1 komentar:
Ehm... Its sometimes sad to know that things will have an end. Tapi sesederhana itu juga yang hidup ajarkan. Pada akhirnya apa yang berawal akan menjumpai akhirnya. Enjoy the ride aja ya :)
Posting Komentar