Dari kecil orang tua saya tidak pernah mengajarkan saya untuk bersaing dengan orang lain. Menurut mereka, bersaing dengan orang lain memiliki “aroma” negatif karena saya akan melakukan segala cara entah itu halal atau haram untuk memenangkan persaingan tersebut.
Dulu saya berontak, bagaimana saya bisa keluar sebagai seorang pemenang kalau tidak bersaing dengan orang lain? Bagaimana orang lain bisa tahu saya kuat kalau saya tidak bersaing dengan mereka, dan menang? Banyak pertanyaan yang saya lontarkan sebagai tanda protes. Tapi kemudian orang tua saya menjelaskan bahwa saya tetap harus bersaing, tapi bukan dengan orang lain. Saya harus bersaing dengan diri saya sendiri.
Waktu itu saya tidak mengerti bagaimana caranya saya bersaing versi mereka. Apa untungnya saya bersaing dengan bagian diri saya yang lain? Tapi waktu menjawab, kedewasaan ikut andil memberikan pengertian. Saya kemudian mengerti apa maksud mereka. Orang tua saya. Dan kemudian saya mengamini serta menerapkannya sampai sekarang.
Saya hanya akan bersaing dengan diri saya sendiri. Ketika saya gagal, artinya saya kalah. Contoh konkrit dan ekstrim, dalam silsilah keluarga besar hanya saya yang TIDAK menjadi dokter. Apa saya kecewa? Tentu saja. Tapi saya mengerti bahwa saya telah kalah bersaing, bukan bersaing dengan ribuan bahkan ratusan ribu peserta UMPTN yang juga ingin jadi dokter. Tapi saya kalah bersaing dengan sebagain diri saya sendiri yang malas, yang menyepelekan sesuatu. Saya kalah dari semua itu. Kalau saja saya lebih rajin, kalau saja saya tidak menyepelekan banyak hal. Banyak kalau saja, tapi apa saya kemudian menyerah? Tidak. Saya belajar banyak dari itu.
Anehnya banyak orang yang selalu menjadikan saya acuan untuk bersaing, padahal saya tidak sedang bersaing dengan mereka. Mereka selalu berpikir bagaimana bisa lebih baik dari saya. Bagus memang, membuat orang untuk senantiasa berusaha dan berjuang. Tapi saya seringnya merasa risih. Apa untungnya mereka merasa bersaing dengan saya? apa untungnya bagi mereka kalau mereka jadi lebih baik dari saya? Toh saya bukan siapa-siapa.
Jadi buat yang selalu merasa saya adalah saingan, silahkan melakukan apapun yang menurut kalian bisa membuat kalian “mengalahkan” saya. Saya tahu itu pasti mengenai hal yang baik. Karenanya saya akan sangat bersyukur ketika ada orang yang jauh lebih baik dari saya. Apalagi bila mengenai ibadah dan kebaikan hati. Nanti saya akan belajar dan berguru pada kalian.
9 komentar:
fyuuhh. memang benar jika pertarungan yang paling berat adalah ketika melawan diri sendiri. terutama untuk menjaga "konsistensi" entah itu dalam berkarya atau terlebih lagi dalam beribadah.
selamat berjuang, apis.
selamat menang!
hmm apis...
alil couldn't agree more...
seminggu yg lalu saya baru saja memberi saran 'compete to your self' sama temen yg curcol...
relate banget sama cerita ini...
You'd better be better than 'You' yesterday...
bersaing dengan orang lain akan membuat diri kita merasa sombong tatkala berhasil dan minder tatkala gagal.
maka cukuplah seperti yg dikatakan nabi muhammad : “Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang dihari ini, lebih baik dari hari kemarin. Mereka yang tidak lebih baik dari hari kemarin, adalah orang-orang yang merugi. Sedangkan jika dihari ini dirinya lebih buruk dari hari kemarin, maka mereka adalah orang-orang yang bangkrut.”
semoga kita termasuk golongan orang2 yg beruntung dalam definisi tersebut dengan selalu memperbaiki diri kita setiap saat setiap harinya:)
blognya islami ya.......mo komen jd ga enak xixixixixi
well, musuh terbesar memang diri kita sendiri ya bro.. cliche but true..
dan yg paling sulit memang menguasai diri sendiri.. hehe..
Gue setuju sama Hadidot! :D
@quenii: setuju sama mbake. intinya adalah konsistensi. Terima kasih umtuk semangatnya yah mbake!
@alil: kok bisa pas yah? ;) amiiin, semoga bisa menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.
@hadidot: amiiiin. semoga kita termasuk golongan yang senantiasa beruntung.
Setuju sama yang ditulis hadidot. amat sangat!
@i know you: iya yah, islami banget. Itulah diriku yang sebenarnya bro! hihihihi
@Pohon:ketika kita berhasil dan keluar sebagai pemenang, maka kita akan jadi manusia yang sempurna. amiiin.
@ginko: samaaaaaaa, gw juga setuju sama dia!
setuju sama Pohon.
bersyukurlah Apis masih ada yang merasa kamu lebih baik dari mereka sehingga pantas untuk disaingi. yang penting bersaing yang sehat.
@rid: insya allah akan terus bersyukur kok. ya mudah-mudahan juga persaingan mereka sehat!
Posting Komentar