“Ternyata kamu itu agresif juga ya?” Seorang teman yang sedang melanglang buana di belahan benua lain ngomong di salah satu kesempatan waktu kita chat. “Tadinya saya pikir kalau kamu itu pemalu”
“Hah??? Mana ada saya agresif. Kayaknya kamu udah kenal saya juga lumayan lama, selama itu apakah saya pernah terlihat agresif? Ya memang sih saya nggak pasif, mulut juga nyablak tapi ketika berbicara soal perasaan, tentang hati, saya berubah menjadi super pemalu. Nggak percaya diri maksudnya”
“Tapi kayaknya belakangan ini kamu berubah deh. Kemaren saya ngobrol sama si X (menyebutkan salah satu nama seorag sahabat) dan ngebahas soal postingan terakhir kamu tentang si Pualam itu. Kamu terlihat sangat agresif” Mereka berdua memang kenal siapa itu Pualam, bahkan sahabatan.
“Hah??? Terlihat sangat agresif di postingan itu? Di bagian mananya saya terlihat agresif?” Saya berulang kali membaca postingan itu. LAGI. Berusaha menganalisis di bagian mana saya terlihat “seperti” tampak agresif mengejar-ngejar si Pualam itu. Dan saya tidak mendapatkan apa-apa.
Saya kemudian menelaah waktu kebelakang, berusaha mencari pemicu sampai dua orang sahabat saya itu menilai kalau saya agresif. Memang menjadi agresif juga tidak salah, tidak dosa. Saya hanya ingin tahu, bagian mana yang membuat saya terlihat agresif. Bukan hanya di blog saya menelisik tapi juga di serpihan-serpihan waktu lain yang melingkarkan saya, si Pualam dan kedua sahabat saya itu.
Saya teringat dengan facebook. Memang dua hari belakangan ini saya menulis status tentang bagaimana saya mengirim SMS pada seseorang dan tidak pernah dibalas. Tanpa menyebut nama si Pualam tentu saja. Tak ada maksud apa-apa, saya hanya ingin tahu opini orang apabila berada di posisi yang sama dengan saya, secara saya memang pada dasarnya selalu ingin tahu. Dan itu nggak ada maksud lebih, nggak bermaksud menggugat secara tidak langsung tentang kelakuan si Pualam, toh saya sudah berkompromi dengan kelakuannya itu. Apa itu membuat saya terlihat agresif?
Ketika saya mengirim sms pada si pualam kemudian tidak dibalas, dan saya MASIH tetap mengirim sms mungkin ini yang membuat saya terlihat agresif, terlihat maksa. Kalau ingat hal ini kadang saya tersenyum geli. Merasa bodoh. Tapi, tujuan saya terus mengirimnya sms padahal saya juga tahu kalau tidak akan pernah dibalas, saya hanya ingin tahu sejauh atau selama apa dia mau bertahan. Masa sih hatinya tidak tergerak sedikitpun, meski kembali saya tahu kalau dia pasti akan kuat bertahan. Saya hanya berdiri di atas keyakinan saya. Orang bisa berubah. Orang bisa melunak, meski entah kapan.
Apa saya terlihat agresif ketika saya sering mengajak jalan si Pualam kemudian mengenalkannya pada teman-teman saya? Tidak ada maksud apa-apa. Tidak bermaksud juga untuk memamerkan kalau saya punya gandengan, meski ada teman yang bisik-bisik dan menebak kalau kami pacaran. Bukan, tidak seperti itu. Saya dan dia sekarang sahabatan, tidak ada perasaan-perasaan lain yang justru akan membuat semuanya semakin ribet. Saya hanya membiarkan semuanya mengalir. Membiarkan berjalan natural seperti sekarang ini.
Mengajaknya jalan kemudian mengenalkannya dengan banyak teman hanya ingin memberinya wawasan baru, sedikit menambah cara pandangnya dalam melihat sesuatu. Saya tahu Pualam juga temannya banyak,wawasannya juga luas, tapi siapa tahu berkenalan dengan teman saya justru bisa memperkaya isi otaknya dengan hal-hal baru. Dan apa itu kemudian dikatagorikan agresif?
Ya sudahlah disebut agresif juga nggak apa-apa, karena bukan hal yang memalukan juga. Tapi karena si pualam suka membaca blog ini, saya jadinya nggak enak sama dia. Perantaraan tulisan ini kemudian saya meminta maaf kalau misalnya ternyata si Pualam merasakan hal yang sama kalau saya agresif dan agak menggangu. Tidak ada maksud lain, saya hanya sedang memaknai jalan yang Tuhan sedang kasih untuk saya lewati.
9 komentar:
hehe.. kalo aku seh bro, berusaha ngeliat 'agresif' bukan mrp sikap/sifat dasar manusia, begitu juga penempatannya bagi diriku sendiri.. 'agresif' tdk lebih hanya sebagai sebuah tindakan saja.. ..IMHO..
jadi bukan 'apis tu ternyata orangnya agresif' melainkan 'apis tu orgnya spt ini, bisa kalem dan bisa juga agresif, tergantung mana tindakan yg dibutuhkan'.. hehe..
setujuu, agresif dikit nggak apa-apa kok,siapa tahu si dia tipe kejar daku kau kutangkap, hehe..
Semangaat!!
Ah, batu karang lama-lama juga hancur diterjang ombok, Apis.. :)
jangan minder di bilang agresif...memang perkembangan kedewasaan setiap orang berbeda, udah gitu ga semua yang agresif itu ga dewasa.....selama tidak agresif dalam arti negatif...aq rasa no problem kok....tetep semangat yah......
kadang-kadang agresif juga perlu kok... ibaratnya buat starter pertama biar mantep... hehehe *apasih*
tapi nggak papa, agresif itu menandakan kita berani. Cuma tetep harus tau kapan ngeremnya...
aku termasuk orang yg agresif..
kalo baca postingan pualam itu kesannya asertif dan inisiatif ketimbang agresif kok, kadang persepsi soal agresif memang agak berbeda di mata setiap orang
@Pohon: aku setuju bro, agresif hanya sebuah tindakan dan bukan sifat dasar manusia. Mirip jutek kali yah, kadang kita bisa bermanis ria sama seseorang tapi di lain waktu kita bisa jadi jutek juga. Dikeluarkan ketika dibutuhkan saja!
@Rid: keliatan banget angkatan berapa deh taglinenya. "kejar daku kau kutangkap". Jebot mode on
@Gek: disitulah sekarang saya sedang berdiri.
@adit: nggak minder kok, karena seperti kamu bilang. Minder disini tidak negatif.
@ninneta:setuju lagiii, agresif tanda kita berani mengambil langkah. Mereka mungkin cuma mikir kok bukan apis banget yah. Secara gitu apis itu pasif!
@M:asertif dan inisiatif. Ya, kata yang sangat tepat!
gak usah terlalu memikirkan apa penilaian orang tentang dirimu teman...ntar malah stres loh...hehehe...
Namanya juga mengikuti kata hati ya kan...yg penting gak melanggar personal space orang aja... :)
@ajenk: nggak setres kok, malah dianggap lucu-lucuan aja.
setuju lagi!! saya hanya mengikuti kata hati. Ketika saya merasa itu benar, kenapa tidak saya perjuangkan!
makasih ajeng sudah mampir!
Posting Komentar