Seorang teman bertanya kepada saya tadi malam. Mungkin mempertanyakan lebih tepatnya. Dia mempertanyakan masalah kenapa sampai saat ini saya belum punya atau mendapatkan seorang kekasih. Dia bilang padahal kan saya baik, perhatian, beredar dimana-mana, badannya bagus, sudah S2 pula.
Mendengar hal itu saya bak berdiri di point of nowhere. Merasa tersanjung dan terhina dalam waktu yang bersamaan. Karenanya saya mencoba merefleksikan apa yang sudah dia bilang dengan kenyataan yang ada.
Saya tersinggung karena dalam kalimat yang dia ucapkan kenapa dia tidak menyebutkan kata cakep atau ganteng. Hehehehehe. Saya sok ingin disebut ganteng, padahal dengan muka saya yang biasa-biasa saja memang jauh dari kesan ganteng. Mungkin dia berpikiran kalau dia menyebutkan kata ganteng, dia takut menyinggung saya, takutnya saya menganggap itu sebagai suatu ledekan atau cemoohan. Kalau begitu, baiklah saya maafkan dia karena tidak menggunakan kata itu.
Ketersinggungan saya yang kedua, dia bilang badan saya bagus. Saya kemudian bilang dalam hati, mungkin dia buta, tidak bisa membedakan mana badan yang bagus dan mana yang gendut. Saya itu gendut, jadi harusnya jauh dong dari kesan badan bagus. Atau jangan-jangan trend tahun ini memang badan bagus itu yang gendut yah?! Tapi kan itu penilaian dia, jadi saya hanya bisa mengomentarinya saja. Dalam hati.
Kalau masalah sudah S2, itu hanya kebetulan semata. Kebetulan papa dan mama saya masih mau ngasih beasiswa tanpa syarat, jadi saya ambil saja kesempatan itu. Kebetulan juga ketika saya daftar, panitianya sedang berbaik hati, mungkin kasihan sama saya. Makanya diluluskan aplikasinya. Kebetulan lain yang paling berharga adalah, kebetulan Tuhan sangat berbaik hati mempermudah saya menjalani kuliah S2. Mana ada mahasiswa program master yang bisa lulus tepat waktu tapi kerjaanya keluyuran atau dugem sesering yang saya lakukan. Kebetulan yang terakhir ini yang membuat saya sangat bersyukur. Terima kasih Tuhan.
Beredar dimana-mana belum menjadi jaminan kalau akan mebuat banyak orang yang tertarik sama saya. Lagian saya beredar kan hanya untuk membunuh sepi, membuat jalinan persahabatan baru, atau mencari klien. Dan biasanya ketika saya beredar itu, saya seringnya tidak bisa menanggalkan topeng jutek saya. Entah kenapa, sudah bawaan orok. Jadi nggak usah heran, kalau saya banyak beredarpun tetap tidak mudah mendapatkan pasangan.
Baik dan perhatian? Dooh untuk yang ini saya benar-benar tersanjung. Apa saya memang baik dan perhatian yah? Perasaan biasa-biasa saja, meski ada beberapa orang teman yang bilang saya ibu peri. Hehehehe. Masalahnya kalaupun baik dan perhatian ini merupakan modal awal dalam mendapatkan pasangan, intinya orang kan harus mengenal saya dulu baru mereka bisa menilai kalau saya baik dan perhatian , tapi orang mendekat dan mengenal saya lebih jauh saja tampaknya ogah, jadi bagaimana mereka bisa memberikan penilaian saya baik dan perhatian.
Saya punya pengalaman agak-agak traumatis. Meskipun saya telah berusaha baik dan perhatian tapi tetap orang itu menolak saya. Berarti kan untuk mendapatkan pasangan tidak cukup hanya dibutuhkan sikap baik dan perhatian. Maaf jadinya saya curcol.
Untuk menimpali pertanyaan teman saya tadi, saya cuma menjawab: “iya yah, kenapa sih banyak orang yang nggak engeh kalau ada mutiara hitam, meski dalam lumpur?”
Teman saya sambil terbahak kemudian mengatakan: “Ya siapa juga yang mau ngubek-ngubek lumpur buat mendapatkan mutiara. Hitam lagi”
Mungkin itu juga masalahnya, saya merasa bahwa saya mahal, jadi saya berprinsip tidak mudah mendapatkan saya. Dibutuhkan usaha lebih. Tapi orang pasti akan berpikiran, untuk apa usaha lebih kalau untuk mendapatkan barang yang serupa bisa dibeli dengan mudah. Bahkan di pinggir jalan. Nurani saya berteriak, itu kan imitasi, kalaupun asli pasti mutiaranya berasal dari pelecypoda tidak berkualitas yang tumbuh di teluk Jakarta yang tercemar. Tetap saya tidak mau kalah. Tambah nggak heran kan kenapa saya tidak juga mendapatkan pasangan.
Akhirnya saya hanya bisa pasrah dan berserah. Saya yakin pada waktunya akan ada seseorang yang berani mempertaruhkan hidupnya untuk mendapatkan mutiara hitam seperti saya. Meski harus mengubek-ngubek lumpur. Saya hidup dengan keyakinan itu saat ini.
PS: Tuhan, saya tahu kalau saya tidak akan pernah mendapatkan semua yang saya inginkan. Ketika kita mendapatkan sesuatu pasti kita akan kehilangan yang lainnya. Oleh karena itu, apabila ada pilihan untuk saya menjadi mutiara putih yang bersih tetapi tidak memiliki wawasan keilmuan seperti sekarang ini. Saya lebih memilih menjadi mutiara hitam saja Tuhan.
7 komentar:
kata siapa orang ogah nyari mutiara di lumpur.. untuk sesuatu hal yang berharga.. orang bisa melakukan apapun..
Jeng-jeng... menurut gw, penerimaan cinta itu bukan dilihat dari kebaikan dan pengertian satu pihak. Walou segimana baiknya gitu namun dia ga bisa mencurahkan rasa, teteup itu namanya bertepuk sebelah tangan..
pendapat gw lho ya :)
@jo: kan gw bilang juga pasti ada yang mau mesti entah kapan waktunya. Yakin ajah gw mah...
kenapa jadi bahas yang itu? masa-masa itu udah jauh lewat sejak gw kuliah dulu. wkwkwkwkwkwk
tsk tsk tsk eligible ba-cong-lore
ya cari yg tipe gimana sih? siapa tahu nanti gw nemu trus bisa ngenalin ke lo
Kalau memang belum waktunya, mau dipaksakan bagaimanapun juga gak akan kejadian kayaknya.
@M: yang gimana yah? yang baik aja deh. fisikmah nomber sekian. mata segaris jadi prioritas, hehehehe. tapi pribumi juga boleh.
dooh, banyak maunya yah gw?!
@Ginko: makanya, gw saat ini cuman nunggu waktu itu tiba...
Gw setuju sama Jo, kalo orang udah tau seberapa berharganya mutiara hitam itu, jangankan di lumpur ke neraka jg dikejar kalee...
Sabar aja deh cari pasangan mah. Ntar pasti di kasih yang terbaik sama yg di atas.
@Grey: berarti harus menanamkan di mind set orang-orang kalo mutiara hitam yang ini berharga banget yah?! Huahahaha. baiklah....
Iyah, ini juga sabar. sedikasihnya aja gw mah...
Posting Komentar