Halaman

Senin, 17 Mei 2010

Insanity

Kalau sinting saya lagi kumat, saya sering meracau sendiri mempertanyakan banyak hal sama Tuhan. Saya sadar, Tuhan tidak akan menjawab dengan cara yang seperti saya harapkan tapi tetap saja saya bertanya. Mungkin dengan bertanya saya justru bisa mempertahankan kewarasan saya.

Seperti malam ini, saat saya seharusnya diayunambingkan mimpi, dilenakan lelap, saya justru tidak bisa terpejam. Saya tidak bisa tidur, dan kalau saya tidak bisa tidur maka biasanya batin saya meracau. Memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak usah dipikirkan. Mencari jawaban atas pertanyaan yang sebetulnya tidak membutuhkan jawaban.

Saya membuka jendela kamar dan duduk di kusennya. Saya membiarkan angin malam yang katanya tidak bagus memasuki kamar saya dengan leluasa. Biasanya saya memanjat genting atap tetangga, tapi di luar rintik hujan mengurungkan niat saya. Cukuplah kesintingan saya tidak dibebani dengan kebodohan lainnya.

Saya termenung. Lama.

Saya yang sudah didominasi kesintingan, mulai bertanya. Mungkin tidak pada Tuhan, tapi pada diri sendiri. Saya memulai pengembaraan imaji dengan bertanya. Saya menggelindingkan kumparan-kumparan dalam medan magnet yang tarik menarik. Saya bermain-main dalam ranah yang tidak biasa, dalam spektrum yang mungkin melampaui kecepatan cahaya.

Saya bertanya, kemudian saya menganalisis sehingga akhirnya saya dapat menyimpulkan sebuah jawaban. Tapi kemudian saya meralatnya dengan dalih saya menemukan argumen baru. Teori yang hinggap begitu saja di otak sesaat setelah jawaban awal saya utarakan. Saya bersikeras untuk mengubah jawabannya, saya keukeuh dengan teori antah berantah yang mungkin belum bisa dibuktikan secara nalar ilmiah.

Begitu saya bermain semalaman. Ketika saya selesai dengan satu pertanyaan maka saya akan meneruskan dengan pertanyaan baru. Terus menerus seperti itu sampai saya kelelahan, sampai saya berdiri diambang keputusasaan karena tidak bisa lagi menelaah dan mencari jawaban. Biasanya apabila sudah seperti itu maka semua pertanyaan yang terlontar akan saya jawab dengan jawaban TAKDIR.

Siapa yang bisa bermain-main dengan takdir? Tidak ada. Takdir adalah jawaban final dari segala bentuk pertanyaan yang menemukan jalan buntu. Ketika takdir disodorkan sebagai sebuah jawaban maka tidak ada gugatan yang bisa menggoyahkannya, tidak ada lagi dalih yang bisa digunakan meskipun sekedar untuk menghindar.

Manusia seharusnya seperti itu. Memaknai segala sesuatu yang terjadi pada kehidupannya sebagai takdir yang sudah ditetapkan Tuhan.

Apakah kita bisa merubah takdir? Saya tidak tahu. Tapi di kitab suci ada ayat yang artinya: “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang ada pada diri mereka” Ini yang saya istilahkan dengan mendandani takdir. Ketentuan Tuhan mungkin tidak bisa diubah, tapi kita bisa mendandaninya menjadi lebih baik. Memaknainya dengan ketaqwaan yang berlandasan.

Saya menatap langit yang masih gulita. Hujan masih turun meski tidak besar, saya berdoa kepada Tuhan semoga analisa saya malam ini tidak salah. Amin.

PS: maaf kalau saya meracau tidak karuan, seperti saya bilang kadang saya ditunggangi kesintingan. Tapi bermain dalam kesintingan ketika tidak bisa terlelap jauh lebih menyenangkan ketimbang mencoba menghitung domba di padang rumput tetangga.

4 komentar:

mayank mengatakan...

Bener kak apis...
Alloh nggak akan menjawab seperti apa yang kita inginkan, tapi Alloh cepat atau lambat akan mengirimkan malaikatnya untuk membuat kakak mengerti...

terkadang semua nggak bisa kita pecahkan dengan menganalisis pakai logika saja. si akal minta dijelaskan segala macam apapun (bahkan yang kadang nggak perlu jawaban),padahal kemampuan akal itu terbatas. disinilah peran iman untuk menjembatani antara keduanya...

dan karena itu Alloh juga memberi kita hati...
karena untuk memahamiNya, kita nggak bisa hanya menggunakan akal saja tapi dengan hati.

seperti kita akan mengerti, jika membaca Alquran dengan hati...perlahan hati kita akan terisi dan tanpa terasa air mata akan menemani...

Alloh akan mengabulkan doa kak apis, jika itu memang yang terbaik buat kakak. karna Alloh selalu memberi kak apis&semua makhluknya yang terbaik...
selamat mencari kak...
innallaha ma’ana
(Alloh bersama kita)

BaS mengatakan...

'Keyakinan jangan dibenarkan, tapi kebenaran itulah yang kamu yakini'......kebenaran itu ada di dalam Al-Qur'an....

Belajar sama-sama pis......
Good luck for us!

rid mengatakan...

menurutku,nasib bisa diubah
tapi takdir,hmm... takdir ya takdir. sudah tersurat. sudah begitulah adanya...hehe
semangat terus ya,pis.. :)

Apisindica mengatakan...

@maiank: thanks buat sharing wejangannya yang selalu menyejukan.

@BaS: ayok kita belajar bareng-bareng biar jadi selalu lebih baik!

@Rid: nasib, takdir ataupun apapun itu namanya, saya selalu percaya bahwa ada ketentuan Allah yang harus diyakini.

semangat juga Rid!